Pernah kecewa dengan produk yang dibeli lewat belanja online? Sama.
Saya adalah salah satu dari sekian juta penduduk negeri ini yang suka belanja online. Macam-macam produk sudah saya beli. Dari isolasi, kaos, sepatu, kuas cat, celana dalam, monitor LED, speaker, penyedot debu.... banyak lah. Saya sendiri kadang bingung kenapa saya suka. Lebih murah? Tidak selalu. Produknya juga sama dengan kalau saya beli di lapak fisik atau di mall. Mungkin sensasinya. Berasa tidak ketinggalan jaman juga.Â
Saya sendiri juga punya lapak di dua marketplace besar. Salah satunya menawarkan jasa cetak digital. Pelanggannya kebanyakan dari jauh lho. Lapak fisik saya ada di Kebumen Jawa Tengah. Seringkali datang order cetak foto kanvas, stiker, indoor banner dari Papua, Kalimantan, Manado, Bali. Dari kota-kota besar di Jawa sih tidak terhitung. Kadang mikir juga, kok ordernya ke saya yang di daerah? Barangkali itu tadi. Sensasinya. Tinggal pencet-pencet, bayar, barang diantar sampai depan pintu rumah.
Tapi semua sensasi, kepraktisan, kekinian yang dirasakan bukan tanpa resiko pilu. Saya pernah kecewa waktu beli sepatu di salah satu marketplace. Salah saya juga sih. Maklum, waktu itu masih hijau meskipun rambut sudah mulai ada ubannya. Ceritanya saya milih sepatu berdasarkan gambar yang ditampilkan di salah satu lapak. Pelapaknya dari Bandung yang terkenal sebagai pusat produk fashion. Gambarnya menjanjikan. Di keterangan dia tulis gambar asli anti jiplak lapak lain. Pake watermark lagi. Di keterangan juga dia cantumkan standar ukuran. Harga oke lah. Pas barang datang...ya ampun. Tak seindah gambarnya. Kualitas jahitan kurang rapi. Masih ada sisa lem belepotan di sepatu. Dan ukurannya...tumit saya pun nggak masuk.
Sejak itu saya coba untuk mengamati lapak-lapak yang bertebaran di marketplace. Dari situ saya jadi bisa bilang: hati-hati kalo belanja di marketplace. Ada beberapa saran dari saya.
1. Pastikan gambar produk yang akan dibeli adalah gambar nyata. Kalo perlu minta foto lewat chat. Banyak lapak yang gambar produknya comot sana sini. Keterangan produk harus jelas. Biasanya yang bombastis mengunggul-unggulkan produknya malah kaleng-kaleng. Tentu cek juga apakah harganya wajar. Wajar itu artinya kalau dibanding kita beli di toko fisik nggak jauh-jauh amat selisihnya.
2. Seringkali banyak lapak memasang gambar produk yang sama persis. Keterangan produknya juga sama persis. Bahasa jawanya plek-njiplek. Pemilik lapaknya beda-beda. Nah, harganya juga beda-beda. Biasanya sih lapak-lapak pengkopi kayak gini milik dropshipper. Ini model penjual yang nggak punya stok barang sama sekali. Kalau nasib baru baik, dapat order, dia akan ngambil dari lapak asli yang benar-benar punya barang. Ciri-ciri dropshipper antara lain di lapaknya dia jualan macam-macam barang yang kategorinya nyaris nggak ada hubungannya. Biasanya kalau lapak baju kan jualnya juga baju. Paling banter tambah-tambah sedikit ada aksesoris atau sepatu. Nah lapak yang nggak recommended di etalasenya ada baju, obeng, piring, obat gatal, minyak VCO...pokoknya kumplit. Saya cenderung menghindari lapak yang kayak gini. Coba chat apakah mereka bisa kirim barang segera, pura-pura saja sangat butuh mau dipakai. Biasanya mereka nggak sanggup.
4. Di beberapa marketplace ada lapak yang statusnya official store. Nah, belanja di situ lebih terjamin. Dalam beberapa kasus harganya sih sedikiiiiit lebih tinggi dari lapak umumnya. Ada juga marketplace yang memberi status istimewa kepada lapak-lapak tertentu. Semacam gold, platinum. Lapak seperti ini juga recommended.
5. Tiba saatnya soal bayar-membayar. Yang perlu diperhatikan sungguh, jangan bertransaksi di luar metode yang disediakan marketplace. Hampir pasti celakalah kita kalau sampai transfer uang langsung ke rekening pribadi mereka. Kalau mau chat, pakai fasilitas chat yang ada di marketplace. Beresiko kalau dia minta chat lewat WA, misalnya. Sistem pembayaran yang ditawarkan marketplace yang menunda penyerahan uang kita ke penjual sampai barang yang kita pesan diterima, cukup membuat hati tenang. Ini pula alasan banyak orang lebih nyaman belanja di marketplace daripada ke toko-toko online berbasis web milik pribadi-pribadi penjual.
Kalau bisa teliti seperti itu, rasanya lebih mantap jiwa.