120 menit yang menegangkan.
Satu kalimat yang menggambarkan bagaimana ketatnya pertandingan final semalam saat Liverpool dan Chelsea saling berhadapan dalam partai final Carabao Cup.
Sebagai fans, tentu saja saya mengharapkan Liverpool memenangkan pertandingan ini. Terlepas dari candaan fans yang melabeli kompetisi yang satu ini sebagai piala chiki alias tidak bergengsi tetap saja menjadi sebuah kehormatan untuk menjuarainya. Sudah lolos ke final, masa sih, ga bermain total?
Skor akhir 0-1 untuk kemenangan Liverpool bukan berarti pertandingan membosankan. Untunglah wasit yang ditunjuk, memimpin pertandingan dengan baik. Termasuk soal keputusannya menganulir gol Sterling dan Van Dijk masing-masing di babak 1 dan babak 2.
Â
Fans yang Melankolis
Saya agak kecewa melihat Salah dan Nunez tidak tampil semalam. Alih-alih sebagai starting XI, bahkan dalam list cadangan pun ga ada. Hei, mereka baik-baik saja, kan? Mari berprasangka baik. Klopp tidak mau berjudi dengan memaksakan mereka harus tampil sementara dalam lanjutan liga Premier, Liverpool akan menjamu rival berat, Manchester City.
Seperti juga para The Kopites lainnya, saya menyerahkan strategi dan keputusan pada Klopp. He is the boss, the coaoch. He knows best. Boong banget lah kalau saya bilang bangga apa pun hasilnya nanti (kalau kalah) saya tetep bangga. Saya harap-harap cemas. Menginginkan Liverpool juara walaupun kondisi tim tidak tampak meyakinkan.Â
Situasi kalau musim ini adalah musim terakhir Klopp bikin sisi fans saya jadi sentimen. Semacam berekspektasi tinggi tapi juga ga mau merusak lapisan pemain yang sudah menipis. Sungguh dilematis memang.
Satu momen yang bikin saya merinding adalah ketika chanting fan yang menyanyikan lagu Allez allez. Lalu ada satu pemain (duh saya lupa) mengayunkan tangannya ke udara. Semcam kode: "ayo lebih keras lagi."Â