Mungkin ada yang akan bertanya, kok sentimen banget sama Jones?
Oke, di match sebelumnya Jones memang punya andil memberikan asist buat golnya Salah, tapi secara keseluruhan permainan Jones masih jauh dari harapan.Maaf ya, Jones, you gotta to improve more.
Kegelisahan saya cukup beralasan. Ini beberapa alasannya.
1. Tensi Pertandingan
Seburuk apapun kondisi sebuah tim, laga klasik akan menghidupkan motivasi tersendiri buat tim yang sedang terpuruk.Â
"Ok, gue boleh kalah sama tim kecil, tapi kalah sama musuh abadi? Big No."Â
 MU punya misi ini. Apalagi kekalahan 0-7 lalu melecut semangat mereka untuk membalas. Mungkin memang tidak harus sama persis membalas jadi 7-0 tapi tentu saja jangan sampai menelan kekalahan telak. Taktik parkir bus atau bertahan dengan mengandalkan sesekali counter attack jadi andalan Ten Hag. Mungkin pelatih asal Belanda ini tau betul Liverpool paling  kepayahan menghadapi tim yang bermain seperti ini.Â
Ngomong-ngomong, buat Ten Hag, hasil seri ini rasanya seperti sebuah kemenangan ga, sih?Â
2. Tidak Ada Kreator Serangan
Liverpool memang bukan tim yang punya playmaker macam City dengan Kevin de Bruyne misalnya. Tapi menghadapi permainan dengan pola defensif seperti MU tempo hari mestinya Liverpool memperbanyak  peluang gol dengan tembakan langsung dari luar kotak penalti seperti bertemu Fulham di pekan ke-15 lalu.Â
Golnya Mac Allister adalah contohnya. Begitu juga dengan gol Wataru Endo dan gol pamungkasnya Arnold yang tidak kalah menawannya, sama-sama tendangan dari jarak jauh. Curtis Jones belum siap untuk di tipe permainan seperti ini. Bayangkan aja, secara statistik Liverpool unggul jauh. Bukan cuma peguasaan bola, peluang dari bola-bola mati atau umpan yang dibuat tapi berakhir dengan sia-sia.Â
3. Striker yang Terburu-buru