Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prompt #72: Sang Balerina

28 November 2014   00:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417084332734583464

Hujan baru saja  berlalu,  tapi dinginnya masih tertinggal, menyisakan  gigil. Fiuh, otakku  bepikir  keras.  Harus ada cara  untuk menghangatkan tubuh. Pandangan mataku lalu  tertuju pada  meja di sudut kamarku. Ada sebuah pemutar  CD di sana.

Aku menepuk  dahi.  Nyaris saja  lupa, kalau sekarang  jadwalnya latihan.  Aku memilih-milih beberapa  cakram  keras  yang tergeletak di meja.  Jemari  lentikku  tergoda untuk mengambil  satu sampul  bergambar  wajah cantik Vanessa Mae.

[caption id="attachment_378673" align="aligncenter" width="300" caption="credit: smashingpicture.com"][/caption]

Hanya  dalam  beberapa  menit kemudian, tubuhku larut dalam alunan  Devil’s Trill  dari pemutar  CD. Peluhku  mulai menetes dari dahi.  Lumayan  untuk sebuah pembukaan. Tapi aku  belum puas. Lagu  berikutnya  lebih ku suka. Sabre Dance. Lagu  favoritku dengan Cleo, saudara kembarku.

Sejenak aku terdiam.   Memoriku  seperti memutar kembali lipatan  kenangan   satu tahu silam. Kenanganku saat  menghabiskan  waktu berdua  berlatih mengejar  mimpi  kami jadi pasangan  balerina  yang  terkenal.  Kali ini  ada yang ikut  luruh dalam  gemulai tubuhku  yang mengikuti irama lagu. Air  mataku  semakin menderas  tak tertahan.

Sayang,  mimpi kami, ah bukan!  Bukan mimpi kami,    mimpiku tepatnya. Ya, mimpiku  kandas dan melemparkanku  di ruangan ini. Aku terus menari,  meski  ada  hawa panas  yang menyengat  kelopak mataku. Panas sekali rasanya sampai dadaku terasa sesak.  Aku terus  berputar menari, terus......

“Selly!”

Tarianku terhenti.   Bukan, bukan karena  lupa. Aku hafal  betul setiap detilnya.  Tepat saat aku selesai melakukan  atraksi salto dan jatuh dengan posisi  kaki sempurna, pintu di depanku terbuka.  Aku  tidak jadi membungkukkan  badan layaknya   yang dilakukan dalam setiap pagelaran.

Aku menatap tajam ke arah pintu, seorang  pria  berwaja tirus  dengan  jas putih  yang membungkus tubuhnya, Andre.  Wajah pria yang kucinta dan sekaligus kubenci.  Andrelah  yang membawaku  ke sini.  Sebuah rumah sakit  jiwa di  pinggiran kota.

“Ayo, sudah waktunya  untuk  terapi!”

Aku sudah siap  untuk  memberontak. Tapi    4 orang  perawat  yang meringkus  tubuhku  lebih sigap. Aku hanya  bisa meronta-ronta  dan meracau kesal.  Selarik  aroma khas  menguar,  aku kenal pemilik  aroma musk  ini. Juga  kenal suara seorang perempuan  berbicara  dengan Andre  yang berjalan di belakang, mengikuti perawat yang membawaku  ke bangsal isolasi. Cleo, saudara kembarku!

“Aku  harus terbang ke Wina malam  ini, Andre. Titip Selly, ya.”

*336  kata*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun