1. Â Merendah untuk meroket
Menjadi tipe humble bragging yang paling sering digunakan diantara yang lain. Kesan memamerkan yang dilakukan seseorang lebih menonjol dibandingkan dengan nada mengeluhnya.Â
Seperti contoh yang pernah dilakukan oleh salah satu selebram, pada akun @anyageraldine dalam story instagramnya yang sempat viral karena bertuliskan caption " ngungsi seada2nya, sebel" jika dibaca dari caption-nya dirasa tidak ada indikasi mengarah pada perilaku humble bragging, namun story yang dipostingnya tidak hanya berupa tulisan saja tetapi juga melampirkan sebuah foto yang menunjukkan lokasi di sebuah kamar hotel yang cukup nyaman dibanding pengungsi banjir lainnya yang hanya mengungsi di tempat pengungsian umum.
2. Self-deprecating humble brag
Ciri dari tipe humblebrag ini adalah ketika seseorang menjelek-jelekkan dirinya sendiri untuk mengungkapkan makna sebenarnya dibalik itu. Seperti contoh " Aku kok ngerasa ngga percaya diri banget ya, semester ini cuma dapat IP 3,93 bagus ngga sih?"
3. Naive humble brag
Selanjutnya tipe humblebrag untuk kalangan yang lebih polos atau lugu, seseorang tipe ini mengatakan segala hal dengan secara blak-blakan. Apa yang ditunjukkan menunjukkan bahwa dirinya sangat kooperatif dan tidak sombong. Namun nyatanya kalimat yang disampaikan bertujuan untuk menunjukkan pencapaiannya. Contohnya " kamu enak ya lolos SBMPTN karena belajarnya difasilitasi ikut les sana-sini, kalau aku lolos SBMPTN harus belajar sendiri di rumah bermodal buku saja"
Semakin tersebarnya perilaku humblebrag ini membuat beberapa peneliti tertarik untuk  meneliti fenomena ini dari berbagai perspektif. Dalam penelitian Sezer et al,2017 yang berjudul "Humblebragging: A Distinct-and Ineffective-Self-Presentation Strategy" diperoleh temuan bahwa perilaku humblebrag sebagai strategi promosi diri yang tersebar di mana-mana ini cenderung lebih tidak disukai dan tidak efektif dari pada memamerkan diri secara langsung karena humblebrag dipandang tidak tulus.
Penelitian lainnya yang telah dilakukan yaitu dari (Sayang & Rahardjo, 2018) dengan menggunakan analisis semiotika. Hasil penelitiannya menyimpulkan humblebrag ini sebagai strategi penyajian diri di sosial media dengan harapan dapat menyajikan dirinya sendiri dengan pandangan yang baik dihadapan para followers.
Para pelaku humblebrag menyusun dan merencanakan pesan dalam bentuk kata, gambar, video atau simbol-simbol tertentu yang bertujuan agar orang-orang memperhatikan dirinya.Â
Analisis semiotika teks Ferdinand De Saussure dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanda-tanda yang mengandung humblebrag dapat dilihat pada empat elemen unggahan yakni : (1) objek foto (2) Pose atau Ekspresi Wajah (3) Ruang dan Bangunan dan (4) caption yang dilampirkan pada kolom deskripsi atau story. Bentuk visual dan caption saling berkaitan dan meneguhkan satu sama lain.Â