Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Topeng dan Cermin

3 Maret 2020   11:29 Diperbarui: 3 Maret 2020   11:38 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mimpimu banyak sekali , bagai gurita dengan tentakel - tentakelnya, orang bersih , alim , baik dan penyayang, wanita sempurna di abad ini, tak tersentuh dan penuh gaya hidupmu

Lalu dimana kesempurnaan itu? Ketika kau rubah hidung pesekmu jadi mancung, kau tambah bibirmu dengan filler,kau tanam benang pipimu,  untuk wajahmu dan kau bilang aku asli seratus prosen, kau pikir orang tidak tahu itu permakan? Hasil rekayasa? Ternyata parasit saja dirimu

Tetapi..tetapi siapa yang kamu bohongi? Topeng itu begitu  terbuka dan membuat kulitmu terkelupas, orang-orang terperangah dan bertanya' ini makluk darimana? Semua tertawa ha .ha ..kasihan sekali, salah jalan  menginjak semua kata-kata bijak bagai awan yang tak tersentuh bagimu

Cermin kau pecahkan, topeng coba tetap kau eratkan, noktah hitam telah tersebar di seluruh tubuhmu dan kulitmu menghitam oleh dustamu, siapa yang kamu bohongi? nasib apes hanyalah soal waktu untuk membuka semua topeng yang coba kau jahit di wajahmu, mimpimu kau hancurkan sendiri karena terlalu banyak bicara dan membiarkan orang menyawermu dengan uang tutup mulut dan membiayai topeng kecantikan palsu, mati gaya, memangnya berapa umurmu? 

Buka topeng dan bicaralah. Di balik semua itu orang mentertawakanmu, yang memuji hanyalah parasit yang memanfaatkanmu, seperti dirimu, parasit yang memakai topeng sebagai inang di tampilanmu yang tak tahu malu, masih saja belagu, urat malu sudah putus dari tubuhmu

Fiksi belaka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun