Ini cerita lama yang coba saya ceritakan kembali dengan puing-puing ingatan, karena sudah cukup lama dan jalan itu sudah tidak ada lagi.
Tahun 1983 adalah tahun di mana bus kota menjadi transportasi yang merajai di jalan. Yang punya motor apalagi mobil masih sangat jarang dan benar-benar mereka yang punya uang. Naik transportasi umum seperti colt kampus dan bus kota adalah gaya hidup yang sudah biasa dan tidak memiliki kesan apapun selain itu adalah transportasi umum yang benar-benar dibutuhkan.
Ada dua kampus yang cukup berdekatan secara relatif adalah kampus UGM dan kampus IKIP Negeri yang sekarang berubah menjadi sebuah Universitas dengan nama UNY.
Di antara dua kampus tersebut ada lembah dan sungai kecil saat itu. Ada jalan penghubung berupa jalan setapak di antara pepohonan kecil seperti petai cina dan beberapa pohon yang tidak terlalu besar.
Jalan setapak waktu itu dinamai jalan lembah, karena menurun dari UGM dan menaik dari IKIP. Banyak mahasiswa yang melewati jalan setapak tersebut baik untuk kuliah maupun untuk naik bus kota yang lebih banyak berada di kampus UGM sementara di IKIP dominan colt kampus dan lebih terbatas.
Bagi mahasiswi yang pernah dan sering melewati jalan tersebut entah untuk urusan apapun, pada tahun tersebut pasti akan mengingat jelas sebuah legenda yang agak-agak lumayan nggilani dan menjijikan adalah yang 'mbaurekso' di situ seorang ekshibionis.
Ini cerita yang kalau waktu muda bagi mahasiswi sangat menakutkan, ketika berjalan sendiri di jalan setapak dan ada seorang pemuda yang berdiri di pohon, lalu ketika ada cewek lewat pemuda tadi memperlihatkan alat kelaminnya.
Saya kebetulan waktu itu kos di daerah Karang Malang dan kuliah melewati jalan tersebut tiap hari, karena gaya saya seorang pehiking, saya selalu berjalan cepat dengan tanjakan lumayan tinggi di jalan tersebut, takut terlambat kuliah.
Saya cuek ketika ada seorang pemuda, sepertinya bukan mahasiswa dan saya tidak begitu memperhatikan di jalan selebar satu meter dengan masih rumput dan tanah di bawahnya (tahun 1983).
Saya kaget dipanggil 'mbak-mbak', saya pikir siapa, ternyata seseorang berdiri di dekat pohon dan memperlihatkan tadi itu. Saya terlalu terkejut untuk bereaksi dan saya mempercepat jalan saya dan sampai di kampus baru saya merasa jantung saya seperti mau copot saking berdebarnya.
Saya masih belum begitu ngeh dan ketika pembicaraan dengan teman-teman kos saya, jalan legenda itu semua yang lewat di sana sudah pernah diganggu, ada penghuninya, itu random waktunya. Dia katanya anak orang berada tetapi agak sakit jiwa. Hanya satu hal yang bisa saya lakukan, saya terpaksa lewat jalan itu karena lebih dekat dan praktis jika ingin ke kampus dan mengirit ongkos kendaraan. Saya berjalan dari satu kampus menuju kampus lain.