Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Suami Kakak Sepupuku

23 Oktober 2019   02:32 Diperbarui: 23 Oktober 2019   04:48 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mengernyitkan kening, ketika sebuah notifikasi masuk di FB ku,simbol jantung hati untuk gambar terbaru, yang baru kuupload ,ketika aku berkelana ke hutan buatan di sebuah kota.

Suami kakak sepupuku,orang yang paling kuhindari dan paling kubenci,itu karena kedekatanku dengan kakak sepupuku,bagaimana kami kecil dan tinggal bersama,aku diangkat anak oleh bibiku,namun sekedar simbolis,karena aku lebih suka berada di rumahku sendiri,yang jauh lebih sederhana namun sangat nyaman.

Aku dan kakak sepupuku adalah mirip itik buruk dan angsa cantik.Kakak sepupuku menjadi rebutan para pria, sementara aku tenggelam dalam bayang-bayang imajinasi tentang seorang pangeran berbaju zirah yang menyelamatkanku dari semua penderitaan dan masa kecil yang acak-acakan .

Sampai sekarang di usiaku tigapuluh tahun ,aku belum menemukannya,aku gagal dalam setiap hubungan, karena kata mereka aku terlalu banyak maunya dan terlalu menyulitkan .Pangeran itu belum kutemukan dan aku tidak akan berhenti untuk mencoba menemukannya,sampai akhirnya aku baru sadar bahwa usiaku menginjak tigapuluh tahun,ibuku bahkan mengatakan seharusnya aku menjadi wanita yang biasa-biasa saja.

Usia tigapuluh tahun lalu aku berhenti berharap,semua mengecewakanku,kupikir ada hubungan yang tulus dimana aku diterima dengan sepenuhnya dan mendukung mimpiku,ternyata kebanyakan dari mereka sama,aku harus menghentikan semua mimpiku.

Aku tahu ibuku putus asa dengan sifat keras kepalaku,putus asa dan akhirnya menyerahkan semuanya padaku, yang bahkan tidak pernah putus asa membuat para pria marah,karena aku tidak menuruti keinginannya untuk lebih dekat.

Aku sendirian disini di sebuah kota besar dan mengejar karirku, membunuh mimpiku tentang sebuah cinta itu bagai kilat yang menyambar atau badai yang membuat pusaran ,kurasa itu hanya imajinasi yang akhirnya pupus oleh waktu.Aku tidak tertarik lagi pada pria,aku tidak berniat lebih dekat dengan pria ,aku tidak peduli bahwa aku sudah terlambat jam biologisku dan aku tidak peduli,meski kadang merenung sendiri,apa yang harus kulakukan agar ibuku tidak sedih,karena aku baik-baik saja.

Disini aku tercenung,suami kakak sepupuku adalah kakak bagiku juga.Kami hampir saling mengenal satu sama lain dan aku tahu persis alasan aku membencinya,perlakuannya pada kakak sepupuku.

Aku benci melihat kakak sepupuku sepertinya takut pada suaminya,sangat takut dan dia mengalah ,sangat mengalah.Mungkin ini bukan urusanku namun aku tidak akan mencari suami dengan tipe suami kakak sepupuku.Tidak akan.Aku bersumpah sendiri,mending aku tidak punya suami daripada punya suami seperti dia,yang selalu mengkritik dan mengacuhkan istrinya,yang sepertinya tidak pernah menghargai istrinya,bahkan aku berfikir apa alasan  kakak sepupuku begitu mencintainya,aku adalah wanita yang berfikir jika cinta itu hanya menyengsarakan,untuk apa aku menjalaninya.

Tahun-tahun berlalu dan kakak sepupuku bertambah layu,gadis tercantik di kota yang disunting pangeran palsu menurutku.Tahun-tahun penantian seorang anak dan sikap suami yang tidak mengenakkan, hingga tahun-tahun kakak sepupuku sakit lever di ulang tahun perkawinan kelimanya,meninggalkan suaminya selama-lamanya.Itu setahun yang lalu.Aku sedih dan marah ,aku membenci pria yang menyengsarakan hidup kakak sepupuku hingga hidupnya di titik terendah.

Simbol jantung hati mungkin bukan apa-apa,tetapi aku tidak mengharapkannya sama sekali dari dia.Dengan kesal aku ingin memblokirnya.Sederhana bukan? Tetapi kupikir aku kekanak-kanakkan.Lalu kubiarkan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun