Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kasus Sulli dan Kegelapan di Balik Gemerlapnya Figur Publik

15 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 15 Oktober 2019   17:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial memiliki dua sisi untuk seorang publik figure, yang pertama adalah menjadi lebih terkenal dengan follower yang mengikuti semua kegiatan yang diunduh di media sosial yang berisi apapun.

Yang kedua adalah netizen yang menghakiminya,mencerca dan segala macamnya.

Ada beberapa artis yang akhirnya rehat dari media sosial, karena privaci tidak lagi menjadi milik mereka, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Di Indonesia sendiri artis-artis harus tahan bantingan terhadap hujatan yang tak terbendung dan tak henti-hentinya.

Kala  artis dibanding-bandingkan kepopulerannya,seperti Ayu Ting-Ting dan Via Vallen dulu. Syahrini dan Luna Maya, yang pro dan kontra, banyak lagi itulah resiko ketika netizen bersikap semakin deras dengan dua sisi yang berbeda, positif dan negatif.

Kasus depresi dan bunuh diri pada artis bukan hal baru. Marilyn Monroe, Kurt Cobain, Chester Banington, bahkan Robin William yang lebih banyak main film komedi dan hal menyenangkan seperti Night at The Museum pun berakhir tragis dengan bunuh diri, Health Ledger yang bermain sebagai Joker di Batman Dark Knight juga berakhir over dosis.

Ketika American Dream merambah para pemimpi untuk menjadi nyata dan eksis serta datang ke Hollywood dan kekosongan serta kerasnya persaingan, tingkat kecemasan melalui casting, itu adalah saat-saat sebelum media sosial dan netizen gencar memelototi dan mengkririk setiap kehidupan para publik figure.

Beberapa yang menutup media sosial merasa lebih tenang ,karena sekali lagi privaci mereka menjadi barang yang langka,kala masih memilikinya.

Pada kehidupan dimana pikiran adalah sama artinya memasukkan masukan, seperti antara superfood dan junk food pada makanan. Berefek berbeda.

Oleh sebab itu demikian tinggi tuntutan dan kekosongan, hingga banyak di luar negeri yang menjadi pecandu alkohol akut atau bahkan jatuh ke jurang pecandu narkoba, untuk  mengisi kekosongan jiwa dan mencari kebahagiaan yang ternyata tidak juga beriringan dengan pencapaian setelah semua jalan panjang dan berliku dilalui untuk menjadi bintang.

Di balik panggung adalah kehidupan sebenarnya, rasa kesepian, persaingan, kecemasan, penampilan, kesempurnaan. Oleh karena itu para bintang yang dekat dengan keluarganya, memiliki benteng yang bisa mengurangi apapun junk food yang masuk ke pikirannya.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun