Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita tentang Hal Menakutkan Saat Kecil

7 Oktober 2019   04:49 Diperbarui: 7 Oktober 2019   04:51 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita imajinasi

Aku tinggal di rumah peninggalan eyang buyut berumur ratusan tahun,di rumah dimana jaman dulu kala ,katanya waktu nenek buyut dan nenek serta kakek meninggal,ada upacara mengubur kepala kerbau,kata orang ibuku adalah keturunan orang kalang yang terakhir.

Sebuah joglo tua yang tiang-tiangnya berasal dari jati utuh,sekat untuk sentong tengahnya dari kayu nangka galih.Sebuah sumur tua yang berdiameter lebih dari dua meter,air tuk atau airnya tidak pernah kering.

Pendopo rumah adalah tempat yang tidak pernah dihuni.Hanya menjadi pemandangan atau kala masih kecil aku bersepeda di dalam rumah,lalu memanjat tiang di atas sadel sepedaku,aku seorang anak lelaki yang menurut ibuku lumayan bandel dalam batas wajar,namun kadangkala aku takut berada di rumahku sendiri.

Tetangga sebelahku adalah rumah pertama yang saat itu memiliki loteng,yang difungsikan sebagai tempat berjemur.Loteng itu lumayan luas sekitar ukuran empat puluh meter persegi.Pembantu sebelah malas untuk naik turun tangga menjemur pakaian di loteng dan lebih memilih di selasar dekat dapur.Jadilah loteng sebelah itu tidak pernah dilewati siapapun.

Kata ibuku loteng itu ada genderuwonya,aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak,atau supaya aku tidak melewati pintu penghubung di antara kami,pokoknya kata ibuku di sumur tetangga dan loteng ada genderuwonya.

Mungkin karena masih kecil aku tidak begitu peduli.Tetapi yang paling menakutkan adalah ketika aku malam-malam biasa tertidur di kursi panjang di pendopo,hal yang biasa.Biasanya lalu pindah kamar.

Malam itu aku tertidur begitu lelap,meski ibuku bilang dan membangunkan aku untuk pindah,biasanya aku akan pindah sendiri ke kamar.Namun malam itu aku benar-benar tertidur sampai jam dua dini hari.

Tempat aku tertidur di pendopo yang sudah dirubah bentuk,di depan pendapa,sentong ngarep atau sentong depan sudah ditutup,sudah ditutup oleh sekat kaca di paling depan,korden menutupi  jendela kaca besar,langsung menuju taman depan rumah,taman yang berisi tanaman cocor bebek beraneka jenis dan cukup pendek.

Suasana sangat sepi di rumahku karena dini hari dan rumahku cukup besar.Aku mendengar gemerincing suara mirip suara kerincing yang kadang dipakai seekor kucing atau hewan lain .Aku berfikir ini kucing siapa yang krincang-krincing suaranya,mau  kuusir.

Aku membuka sedikit korden dan langsung kututup.Aku tak bisa bergerak dan ingin menjerit tak bisa.Aku melihat lampu seperti lampu minyak berwarna hijau,menggantung melewati dari rumah tetangga sebelah,lalu melewati tempat aku melongok tadi.Aku penasaran siapa yang membawa sentir atau lampu tadi,tidak ada siapa-siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun