Pernah membaca sebuah artikel yang intinya adalah,jika ingin senang lihatlah segala sesuatu yang menyenangkan,begitu juga sebaliknya.Saya tidak tahu apakah teori ini cukup manjur atau tidak,tetapi melihat hal-hal yang begitu menggembirakan dan suasana yang menggembirakan ,jelas beda diterimanya di perasaan atau di pikiran kita.
Segala sesuatu mengendap masuk ke dalam pikiran dan menjadi semacam mind set.Rumah sakit jelas berlawanan suasana dan situasinya di sebuah mal misalnya.Semuanya tanpa sadar berpengaruh dan mengendap dalam bawah sadar.Yang satu tentang rasa susah dan satunya tentang rasa gembira.
Lalu bagaimana dengan gambar atau foto di media sosial yang hampir sebagian besar menampilkan sisi-sisi terbaik dari seseorang.
Banyak reaksi yang muncul.Biasa saja,menyenangkan,atau sebaliknya.Yang jadi masalah adalah ketika 'rasa tidak aman 'itu muncul dan malah menenggelamkan semangat seseorang,ketika melihat temannya bisa sukses dan pergi kemana-mana.
Tidak berpengaruh bagi orang yang memiliki 'rasa aman yang tinggi',semacam self esteem.Paling-paling orang yang punya self esteem tinggi hanya akan berfikir,urusan dia mau jungkir balik kemana-mana.
Justru orang yang memiliki rasa aman tinggi akan banyak mengapresiasi orang yang memperlihatkan liburan dan tempat wisata  yang indah.
Pada saat google plus masih ada,tentang traveling dan tempat-tempat indah,hampir banyak sekali follower yang mengapresiasinya dan mereka memuji betapa indah dan keren.Orang -orang barat yang mungkin lebih indivualis daripada kita.
Disini,traveling dianggap  sebagai hal yang sepertinya kurang diapresiasi.Ada dua sisi pendapat tentang 'orang aman ' dan 'tidak aman' tadi.
Sebenarnya sih menurut saya,kenapa tidak dinikmati saja gambar-gambar bagus itu sebagai  hal yang menggembirakan?Yang menular pada diri.Bagaimana?