musik di sebuah mal besar.Pentas yang waktu itu sangat penuh oleh pengunjung dalam lobi mal,baik yang duduk di posisi lobi tengah yang dipagari dan duduk di atas karpet,lalu pengunjung di pinggirnya,lalu pengunjung di upper ground yang melongok dari balkon yang dibatasi pagar kuat.Sangat penuh.
Tahun 2016 adalah saat ketika tanpa sengaja saya melihat sebuah pentasKarena mal tersebut sudah terbiasa mengadakan pentas musik,jadi saya dan suami mengabaikannya,langsung ke tujuan mau belanja apa.Namun ketika terdengar suara musik dan lagunya,saya dan suami merangsek maju pas di sebelah panggung,untuk melihat siapa penyanyinya dengan suara dan musik yang begitu indah.Lagu kelayung-layung,saya memvideokannya,yang sayangnya kini entah kemana.
Menikmati lagu terakhir ketika pelantunnya turun dari panggung,sangat dekat dengan tempat saya berdiri.Lalu beliau dimintai berfoto bersama banyak pengunjung.Saya sempat terfikir untuk berfoto.Tetapi  suami saya mengajak langsung untuk berbelanja.
Pelantun lagu tersebut adalah bapak Bugiakso atau pak Bugie yang telah tiada pada tanggal  26 Juni 2017. Lagu  dan karya yang masih abadi meski pelantunnya telah tiada,bahkan lagu yang sarat makna tersebut dilagukan oleh penyanyi lain.
Lagu  Kelayung-layung
Ono tangis kelayung-layung
Tangise wong kang wedi mati
Gedhongono kuncenono
Yen wes mati mongso urungo
Ditumpakke kreto jowo
Rodane roda manungso
Ditutupi ambyang-ambyang
Disirami banyune kembang
Duh Gusti Allah
Kulo nyuwun pangapuro
Ning sayange
Wis raono guno
Ditumpakke kreto jowo
Rodane roda manungso
Ditutupi  ambyang-ambyang
Disirami banyune kembang
Duh Gusti Allah
Kulo nyuwun pangapuro
Ning sayange wis raono guno
Ditumpake kreto jowo
Haa..a
Ditutupi ambyang-ambyang
Disirami  banyune kembang