Apa yang tiada pernah terbayangkan di masa dulu,kala kita saling  bersua dan menyuka,lalu tiba-tiba bagai petir tanpa hujan,bagai hujan tanpa gerimis,bagai badai tanpa angin dan diriku terhempas dengan satu pertanyaan darimu,bolehkah kuambil satu?
Terbayang kembali rasa itu,pergilah padanya,tanpa restuku,tiada lagi rasa menyatu,diriku tak mungkin mau dimadu,bagaimana diriku bisa tahu bahwa ternyata ada niat itu di hatimu,bodohnya aku ,dirimu salah memilihku,satu hal tegas ini tentang hatiku yang tercabik pilu,serasa disayat sembilu
Jika yang lain bisa,namun diriku tiada bisa,diriku pencemburu luar biasa,apa diriku harus menutupi telinga bahwa dirimu bersua dengan wanita lainnya,oh,maafkan diriku,tiada bisa,jika bisapun mungkin diriku akan luar biasa
Namun diriku hanya wanita biasa yang bersahaja,yang marah jika dirimu melirik yang lainnya,apa dirimu pikir diriku sanggup menghadapinya ?Dirimu salah memilih diriku,karena diriku bukan wanita yang mau diduakan dimana saja,terutama oleh pendampingnya,ini bukan tentang sebuah kepasrahan namun ku memang berontak karena rasa sakit dalam yang ada,lalu jangan dirimu bicara diriku egois karenanya
Puisi imajinasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H