Malam angin berembus sangat kuat menerpa,jalanan masih padat lalu lalangnya,secangkir kopi dan duduk menikmati  jalanan mengabaikan hembusanya yang bisa membuat masuk angin pula
Seorang wanita berbaju hijau lewat dengan sepeda motor yang dituntunnya,hanya dua bisa diterka ,bannya bocor atau kehabisan bensinnya hingga tak bisa mengendarainya di jalanan yang menanjak pula
Tanpa bicara mengamatinya,ban tiada tampak kempesnya,jadi jawaban yang kedua,bensin,itu dia,si wanita berbaju hijau tetap berjalan menuntun sepeda motornya,menuju tempat penjualnya
Setengah kilometer  dan seperti biasa sudah tutup pula,atau barangkali beruntung ada penjual eceran di dekatnya,seperti yang kutahu sebelumnya,tanpa bicara seorang teman berbaju hijau bertanya dan jawaban isyaratnya,tentang bahan bakarnya
Setengah kilometer,jam sepuluh atau sebelas malam,sudah tutup penjualnya,barangkali pikiranku dan pikirannya sama,andai ada penjual bensin eceran di dekatnya atau dia harus pulang dengan tangan hampa karena tidak ada order untuk ojek onlinenya ,atau bahkan harus pulang masih dengan menuntun motornya,entah dimana rumahnya,sudah sepi pula
Tanpa bicara karena tak tahu jawabannya,kopi enak terasa tidak nyaman jadinya,sesuatu mengusik  dan mungkin menyalahkan kenapa dia tidak memenuhi penuh bahan bakarnya,tapi jika diriku bicara,jawaban dia barangkali sederhana,uang tunainya tidak ada,dan itu akan jadi pikiran yang tak henti-hentinya mengamati sebuah peristiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H