Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kala Bayang Tak Pernah Menyatu

10 Agustus 2019   01:00 Diperbarui: 10 Agustus 2019   01:02 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala bayang tak pernah menyatu,dirinya hanya bersembunyi membuntuti,barangkali terlihat ketika ada pendar sinar lentera atau lilin menyala,namun  akan menghilang kala temaram sinar mereda berganti gulita

Lalu sang raga akan mencari bayangnya,dia nyalakan lilin ,lentera atau dian atau korek api bahkan senter yang menyala,agar bayang muncul mendekatinya

Namun keduanya tak pernah seia sekata,kadang bayang lebih besar atau lebih kecil,namun sang raga  merasa dirinya aman dan terlindungi kala bayang masih mengikutinya

Mirip surat-surat cinta rahasia yang tahu persis dimana dan kapan berada,tanpa seorangpun mengetahui bahwa raga sangat tergantung pada bayangnya dan meninggalkannya kalau gelap atau terlalu terang tiba

Dan bayang hanya mengikuti  takdirnya mendatangi di kala sang raga memanggilnya ,karena  mengerti persis dirinya hanya milik tuannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun