Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Udara Membeku

8 Agustus 2019   00:25 Diperbarui: 8 Agustus 2019   00:28 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Udara membeku di sekitarku,terasa tulang-tulang menjadi linu,lalu juga kebekuan untuk mencercahkan senyum,atau bahkan mata untuk membuka,angin meniup-niup menggigilkan raga

Kucoba melawannya,lalu berfikir apalagi di kawasan lainnya,kalau disini saja sudah luar biasa,menu minuman hangat harus tersedia tiap malam harinya,entah sekoteng,jahe atau teh serai,pokoknya salah satunya harus ada,daripada menggigil hingga geletukan pula

Udara membeku di sekitar,semoga setiap hati masih sehangat sekoteng atau wedang ronde atau wedang jahe ataupun  teh serai dan hati yang masih semanis gula,hingga beku mencair diantaranya dan menghangatkan suasana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun