Seorang wanita cantik, berkarakter dan bahagia, kehilangan jejak -jejak kehidupan ketika pendampingnya meninggalkan selamanya.
Lalu hidup menjadi keras ketika dirinya hanyalah wanita yang ternyata tidak bisa  apa-apa dan begitu rentan terhadap kerasnya hidup di luar sana.
Kemanjaan telah menutup semua pintu hidup tentang dunia luar yang mengagetkannya, sementara anak-anaknya butuh biaya.
Dia hanya punya dua pilihan hidup kaya raya dengan menjadi istri kedua dari teman lamanya yang masih mencintainya, yang berarti menyakiti wanita lain, sesuatu yang tidak akan dia lakukan.
Atau hidup terpuruk dalam kemiskinan, karena memang dirinya tidak pernah melakukan apa-apa, saat dulu suaminya melarangnya dan memenuhi segalanya dengan harta.
Dan kini tabungan terkuras sedikit demi sedikit, dan satu persatu barang menguap menjadi uang dan habis dan menangisi hidup.
Dan terngiang-ngiang cerita ibunya dahulu kala, saat bercerita tentang hal yang sama yang dialaminya kini dan berpesan, milikilah sesuatu pegangan karena hidup tak pasti adanya, dan kini hidup sedang mengujinya saat tidak punya apa-apa, segala usaha baik dia lakukan dan belajar dari awalnya,
Tuhan beri aku jalan, itu doa dalam setiap saat dirinya menangisi nasibnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H