Termangu lewat jendela kaca rumahku,dilewati wanita tua itu,terbungkuk berjalan menarik troli dagangan,penuh semangat dari pagi hingga siang,tujuhpuluhan mungkin beliau usianya,terbungkuk sudah badannya
Bertahun-tahun kumelihatnya,kadang bertanya dimana putranya,orang-orang hebat,tapi kutak mau berhenti menyeret troliku,apa hendak dikata jika itu yang beliau mau
Di tanah lapang luas tempat dagangan dipajang,tempat anak-anak bermain bola atau anak sekolah berolahraga,berjualan beberapa masa
Berbulan-bulan kemudian diriku tak melihatnya,wanita tua dengan troli berbunyinya,kadang bertanya dimana,karena rindu makanan yang dijualnya
Satu hari yang mengejutkanku,seseorang,ibu tua itu duduk  di pinggir jalan masuk pasar.Apa yang beliau kerjakan?Kupikir berdagang,oh bukan.Jadi dimana anak-anak hebat itu?.Sebuah toples terbuka di sisi tempat duduknya,tempat orang memberi sekedarnya
Kutak bisa bicara,ku tak bisa,kuulurkan lembaran tanpa bicara atau melihatnya,berbulan-bulan beliau melakukannya,sampai satu ketika lama tak jumpa dan kutanya pada pedagang di sebelahnya,kemana wanita tua itu?.Telah tiada katanya.
Sungguh ku tak bisa bicara,dunia terasa kejam berasa dan kubertanya dimana anak-anaknya?Kurasa hanya troli itu yang setia padanya hingga waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H