Mohon tunggu...
Efhreim Sibuea
Efhreim Sibuea Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Pengelolaan Sungai Batanghari Secara Terpadu

9 Mei 2017   16:55 Diperbarui: 9 Mei 2017   17:09 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang nomor 4 di Indonesia dan sungai terpanjang di Pulau Sumatra dengan total panjang mencapai 800 km serta memiliki luas total 4,537,881 Ha yang terbagi dalam enam sub DAS (Daerah Aliran Sungai)  yaitu : Batanghari Hulu; Batang Tebo; Batang Tabir; Batang Sumai; Batang Merangin-Tembesi dan Batang Hilir dari semua potensi sumber daya air memiliki air yang cukup tinggi. Fungsi dari Sungai Batanghari sangat berperan penting untuk seluruh masyarakat Jambi. Sungai batanghari yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari (MCK, Minum dan Menyiram tanaman), aktifitas pertambangan pasir, nelayan dan penggunaan air baku oleh PDAM juga sebagai destinasi pariwisata air di Kota Jambi.

Permasalahan yang terjadi di sungai batanghari yaitu pembuangan limbah  dilakukan tanpa ada penanganan terlebih dahulu secara tepat sebelum dibuang ke badan sungai batanghari sehingga terjadi pencemaran. Limbah tersebut berasal dari limbah perkotaan, limbah rumah tangga dan limbah industri limbah tersebut dapat berupa limbah padat dan limbah cair.  Akibat dari limbah yang dibuang sembarangan ke badan sungai berdampak pada kerusakan lingkungan ekosistem yang terdapat di sungai batanghari. Hasil penangkapan ikan masyarakat yang mencari ikan di sungai batanghari juga akan berkurang. Pencemaran sungai batanghari juga akan berdampak pada kesehatan manusia yang timbul akibat Water Born Desesaeseperti penyakit kulit dan diare. Tentunya semua aktifitas akan terganggu dengan kondisi badan air yang sudah tercemar, objek wisata juga akan tergangggu akibat estetika dari sungai batanghari tercemar oleh limbah-limbah padat yang mengapung pada permukaan sungai.  Sebagian besar DAS di Indonesia rusak karena beberapa indikator yaitu rasio debit maksimum dan minimum, koefisien limpasan, erosi dan sedimentasi, muka air tanah dan debit mata air. Secara biologi sungai dapat melakukan pemulihan sendiri atau   Self Purificationnamun akibat terlalu tinggi pencemaran yang terjadi, Self Purification  tidak dapat dilakukan secara maksimal. Oleh sebab itu perlu adanya penanggulangan khusus untuk menjaga sungai batanghari tetap bersih, indah dan tidak tercemar oleh limbah seperti yang diharapkan oleh pemerintah Jambi dalam aspek pendayagunaan sumber daya air yaitu pembangunan intake baku di sungai.

Pengelolaan limbah

Setiap limbah yang akan dibuang ke badan sungai harus terlebih dahulu mendapatkan pengolaan limbah. Pengelolaan limbah harus disesuaikan dengan baku mutu air limbah menurut Peraturan Gubernur Jambi Nomor 20 Tahun 2007. Sistem pengolaan air limbah seharusnya diterapkan kepada seluruh perusahaan yang membuang limbah cair pada badan sungai batanghari. Pengolahan harus melalui prosedur terstandar dengan menguji faktor biologi, kimia dan fisika terhadap aliran pembuangan limbah pada badan sungai, dengan memperhintungkan nilai parameter baku mutu yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Jambi. Penanganan ini harus segera dilakukan mengingat sumber daya air yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat Jambi khususnya yang berada di sekitaran sungai batanghari. Semua masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan limbah yaitu tidak membuang sampah dan limbah rumah tangga ke badan sungai. Semua pemerhati lingkungan juga memiliki andil dalam menangani masalah yang terjadi di sungai batanghari, karena sungai batanghari memiliki peranan yang sangat penting dalam sumber daya baik dalam wisata, ekonomi dan sosial. Sungai batanghari juga tentunya memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai air baku air minum yang dapat digunakan dengan cara mengelolanya terlebih dahulu. Peluang ini tentunya tidak boleh disia-siakan mengingat ancaman krisis air bersih meningkat drastis yang terus melanda Indonesia.  

Efhreim Sibuea, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun