Mohon tunggu...
Fadlan Hidayat
Fadlan Hidayat Mohon Tunggu... -

belajar menuangkan pikiran;

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kekekalan Rumus "Tulislah!"

12 Maret 2013   01:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya benar-benar belajar menulis lagi setelah berapa lamanya vakum. Ketika mencoba untuk memulai lagi, sungguh rasanya berat. Bagaimana lagi mau membiasakan. Bukankah kebiasaan, habit, itu harus dimulai? Begitulah yang terjadi pada saya sekarang ini.
Saat menulis beberapa paragraf ini pun, saya dalam pengkondisian belajar menulis. memulai menulis lagi. Mencicil aktivitas menulis ini hingga pada sekian waktu ke depan dapat menjadi kebiasaan, habit.

Sebenarnya saya mengenali “penyakit” yang menyerang saya sehingga vakum menulis. penyakit yang secara teori-kognitif saya tahu; menunda-nunda menulis, seolah tidak punya waktu luang, tidak percaya diri, terlalu ekspektatif, dsb. Namun mengetahui hal-hal tersebut tidak berdampak sekalipun, karena psikomotorik saya yang begitu malas. Benar-benar seperti hendak ke luar rumah di tengah terik padang gurun.
Dan untuk membuat tulisan kita memang hanya perlu menulis. Ya menuliskannya atau tulislah saja. Barangkali “rumus” tulislah ini banyak diketahui oleh penulis, atau yang ingin belajar menulis. namun seringkali rumus tersebut ditabrakan dengan antitesis yang berbunyi "nanti saja", atau "ah tidak begitu penting untuk dituliskan". Dari menulis tulisan singkat ini, saya hanya mencoba meratakan kemalasan yang menggunung. Saya ingat, bahwa untuk belajar (lagi) membuat sebuah tulisan tidak wajib berpanjang kali lebar, berhalaman-halaman. Beberapa paragraf ini pun jadi. Sekaligus seperti sebuah penegasan rumus "tulislah".
Memang saya tidak sedang membahas soal-soal yang kita bertebaran di tengah kehidupan publik seperti korupsi yang akut, kriminalitas yang semakin biadab, perpolitikan yang membosankan, dsb. Saya kali ini, hanya ingin membagi pengalaman yang saya alami sekarang. Suatu kemalasan untuk menulis. Suatu ikhtiar untuk menciptakan kebiasaan menulis lagi.
Bak sebuah pisau yang tumpul yang ketika diasah terus-menerus akan temui ketajamannya, maka itulah harapan saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun