Jika Anda berkunjung ke suatu tempat untuk tujuan wisata, selain menikmati lanskap dan pemandangan alam daerah yang dituju, tentu tidak menafikan kuliner khasnya.
Terkait kuliner, sejatinya memang tidak ada yang dapat menyangkal kelezatan makanan Nusantara. Bukannya tanpa alasan, apalagi mengada-ada atau bombastis. Pasalnya, hal itu sudah diakui penikmat kuliner mancanegara.
Beberapa waktu lalu, dalam survei yang pernah dilakukan CNNInternational misalnya, makanan asli Indonesia, rendang diklaim menjadi salah satu menu terenak dunia.
Klaim tersebut kembali menegaskan jika kuliner Indonesia berkontribusi menjadi daya tarik wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke wilayah berjuluk Negeri Khatulistiwa ini.
Sebagai negara yang memiliki beragam budaya, berbagai kearifan lokal baik adat istiadat maupun budaya, tidak terkecuali kuliner menjadi khazanah tersendiri yang jarang dimiliki negara lain.
Seperti diketahui, berbagai daerah di Indonesia memiliki makanan khas. Sebut saja Coto Makassar dari Sulawesi Selatan, Rendang dari Sumatra Barat, Gulai Ikan Patin dari Jambi, Pempek dari Sumatra Selatan, Sate Bandeng dari Banten, Kerak Telor dari Jakarta, Nasi Gudeg dari Yogyakarta, dan Se'i dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menyoal Se'i, hampir semua warga di NTT, khususnya di Kota Kupang tidak ada yang tidak mengenal makanan berbahan daging asap ini. Sehingga, Se'i di daerah berjuluk "Kota Sasando" ini bukan sekadar makanan, namun telah bermanifestasi jadi ikon kuliner.
Sekadar diketahui, daging Se'i adalah daging asap yang khas berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejatinya, daging sapi dimasak menggunakan kayu bakar dengan jarak cukup jauh sehingga bukan lidah api yang mematangkan daging, melainkan asap panas.
Di NTT, saat ini juga terdapat Se'i dari daging daging ikan. Apabila baru diasap, daging ini bisa langsung dimakan dengan mengirisnya tipis. Akan tetapi, apabila daging ini telah disimpan beberapa hari, maka harus digoreng kembali, atau dimasak dalam tumisan bunga pepaya dan sayur-sayuran lainnya.