Aku tidak pernah sengaja
memberimu harapan
terlebih pada asa yang kerontang
Wajahmu bagai magis dengan seribu ruas luka
menggerakkan tanganku untuk menyibak gaun sarimu
kukecup dahimu
: hangat seperti bayi
Ini satire yang indah di Lor 20
serupa sempelah yang jelma permata
Malam itu kau ajakku bercumbu dengan bayang
meskipun kau tahu
: betapa susahnya mengubah nasib yang sudah tertulis di langit
Tubuhku menggigil
dalam dingin yang luar biasa
dalam diam yang beku
Sebab, tak ada memori yang perlu dikenang
dalam cinta semalam
dalam cinta yang semu
Geylang masih riuh oleh tawa para pendosa....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H