Mungkin aku termasuk seorang cucu yang tidak berhasil menwujudkan cita-cita kakek saya yang seorang guru dari jaman Belanda hingga jaman Soeharto...
Saya ingat betul lagu Himne guru yang sempat dinyanyikan saat jenasah Kakekku disemayamkan di rumah duka, syair lagi "Tanpa..... tanda..... jasa...." saat itu menggerakkan hatiku bagaimana susahnya kakekku dulu saat jamanya mengajar keliling kampung bahkan hingga ke pelosok kampung dari Kabupetn Lain ke Kabupaten tetangga lainnya lagi,...
Aku membayangkan bagaiamana susahnya Kakekku mengajar dengan kondisi Negeri yang terus berkecamuk, karena kondisi politik dalam negeri yang gk jelas saat itu,...tapi saat keluarga besar kami membacakan riwayat hidup Kakekku sebelum dimasukkan ke dalam liang lahat..Aku tahu Kakek seorang guru dan pendidik yang handal,. selain mengajar mata pel;ajaran di sekolah kakekk juga mengajar ilmu agama (memperkenalkan Injil) di pelosok-pelosok perkampungan kala itu (1940-1970) di kampung Kakek masih banyak warga penganut Animisme...
Dari riwayat Hidup Kakek itu,,Aku tahu Kakek Agustinus Rungga (1901-2004 ) bukan hanya seorang guru tenaga pengajar, dan penyebar ajaran Injil di daerah pegunungan Sulawesi Barat, tapi kakek adalah seorang guru yang hebat, Kakek juga adalah seorang toko masyarakat yang dikenal, Ia banyak berteman dengan para pemimpin-pemimpin pemuda jaman itu, kesan itu tersimpulkan ketika salah satu dari keluarga mengisahkan di rumah Kakek dulu adalah tempat istirahat para tokoh-tokoh TNI versus pemerintah dan versus pemberontak,.dari sini Aku tahu kakek bukan hanya seorang guru, tapi kakek ada;lah seorang tokoh yang disegani, dari riwaya Hidupnya kakek Agustinus Rungga pernah mengajar di beberapa Kabupaten Kota di wilayah Sulsel saat kondisi Politik dalam negeri masih bergejolak,,,dari Parepare --kakek ditugaskan ke Majene--Polewali- dan akhirnya memipin suatu Yayasan Pendidikan di Kampungnya sendiri (SMP-Salutambun) yang saat ini dibawah administrasi Kabupaten Mamasa, hingga pensiun, Kakek punya 7 orang anak, 5 diataranya berlatar belakng seorang guru dan kini sudah jadi kepala sekolah, bahkan di Sekolah Yayasan Kakek dulu anak pertama Kakek yang merupakan Om saya menjadi pengelolanya dan kini beralih lagi ke sepupu saya yang juga berlatar belakng guru,..
Sebelum hayatnya Kakek pernah bilang pekerjaan sebagai seorang Guru itu Mulya...selama kita bisa menjalankan sesuai dengan amanahnya,,,dan saya ingin anak cucu saya semuanya jadi guru,,katanya pada suatu waktu saat pertama kali saya mengunjunginya...dan kini aku sadar apa yang dikatakan kakekku itu,,,meski aku bukan PNS dan seorang guru,,tapi aku banyak memberikan manfaat kepada orang banyak dan semua golongan dari karya tulisku sebagai seorang wartawan...selamat Hari Guru,,semoga status Umar Bakri selalu melekat pada seorang guru meski sepeda kumbangnya sudah diganti roda empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H