Pernah saya membaca CAPING nya Goenawan Muhamad mengenai alasan seorang politisi di negara belahan barat sana memasuki dunia politik. Dia menjawab - kurang lebih begini - menjadi orang kaya saya hanya bisa memberi makan ratusan orang, tetapi menjadi seorang politisi saya bisa memberi makan jutaan orang bahkan seluruh rakyat miskin di negara ini.
Apakah elite kita juga begitu? so pasti lah hanya saja lain di bibir lain di hati. Terus mau diapain, mau digebuki? di kucilkan? nggak terpilih lagi? mungkin saja tapi apakah ada kepastian bahwa yang kemudian terpilih juga bukan dari gerombolan si berat?
Puyeng la yauw ngomongin yang berat berat. Kita ngomongin yang ringan ringan aja deh :
1. Seberapa banyak dari kita yang sering bergumam : ooh wajarlah kaya orang dia pimpro (pegawai negeri yang ditunjuk sebagai penanggung jawab proyek).
2. Atau, seberapa sering kita menghormati para tentara/polisi yang kita tahu persis gajinya tapi punya mobil mewah.
3. Lalu, seberapa sering kita berdiri menghormati ketika pejabat negara lewat padahal kita tahu anaknya, adiknya, engkongnya dsb nya mendapat privilege
4. serta, seberapa sering, sering sering yang lain, yang kita lakukan sebenarnya memberikan label yang benar kepada yang tidak benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H