Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang peduli lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saatnya Keluar dari Zona Nyaman

5 Juli 2011   05:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:55 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam telah berakhir untuk hari kemarin. Pagi akan segera datang dengan satu sambutan hangat dari mentari di ufuk timur. Sedikit embun pagi terasa membasahi kaca jendela kamar. Ia, embun itu adalah suatu tanda siraman kecil untuk jiwa-jiwa yang kerdil yang tak menyukai pagi datang. Melewatkan momen berharga menyaksikan hadirnya tetesan embun pagi adalah hal yang bodoh bagi mereka yang mau maju. Sejenak setelah berada pada kenyamanan di kala malam kemarin menjadi alasan kuat untuk bermalas-malasan memulai sesuatu yang baru di hari ini. Kita sudah berada di zona nyaman.

Hawa malas bisa jadi menjadi pemicu utama, dan melihat matahari pagi stelah terlelap dalam tidur malam kemarin menjadi sesuatu yang terlihat begitu menyebalkan. Kita boleh saja mempunyai mimpi selangit, tak ada satu pun yang melarang. Tapi ketahuilah mimpi saja tak cukup. “Mimpi saja, mimpi! Mimpi terus sampai mampus!” begitu mungkin gertakan orang-orang yang kolot kepada orang yang hanya bisa bermimpi tapi realisasinya nol. Kalau boleh saya katakan, mimpi yang tanpa disertai action sama saja dengan khayalan. 11-12, bisa saya katakan demikian. Merebahkan badan di kasur atau memegang gitar di tangan sambil berkhayal sungguh nikmat luar biasa. Menghabiskan waktu di depan komputer sambil berchating ria atau main game kelewat batas juga menjadi kebiasaan umum. Lagi-lagi kita terperangkap di zona nyaman. Suatu zona di mana kita bisa menjadi sangat kerdil dan menghilangkan jiwa-jiwa petarung kita yang sebenarnya.

Saya percaya semua orang punya mimpi, begitu juga dengan Anda, bukan? Beragam keinginan tentu memerlukan ancang-ancang yang baik dan kuat sebagai awal. Seorang atlet harus siap mental dan melakukan ancang-ancang yang baik agar mampu berlari dengan kecepatan maksimal. Seorang pesilat perlu posisi kuda-kuda yang tangguh sebelum beraksi. Begitu juga dengan seorang pemain sepakbola, bulutangkis, tenis, dan lain sebagainya. Adalah hal yang bodoh bila kita hanya bisa bermimpi tetapi no action. Satu langkah awal memegang peran vital dalam melangkah. Setelah kita sukses melaui hari kemarin terkadang ada rasa malas untuk memulai hari selanjutnya. Suntuk, mungkin menjadi salah satu alasan. Dari cerita yang lain tentang begitu menyebalkannya hari kemarin bagi seseorang, bisa jadi hari ini terlihat seperti kulit durian yang begitu menakutkan. Mengarungi hari-hari yang terasa monoton, tanpa karya, tanpa rasa, dan tanpa usaha serasa menjadi beban hidup yang berlebihan. Anda tentu pernah mengalaminya, bukan?

Agaknya permasalahan ini bukanlah sesuatu yang khusus karena menurut survey memanglah demikian realitanya. Tentu Anda tak ingin bad habit ini berlangsung terus kan? Langkah awal seperti yang saya sebutkan di atas bisa menjadi jawaban pertama. Niat, semua bisa dilakukan dan awali dengan kata yang satu ini. Gertak diri Anda kuat-kuat, “Bisa! Ayo maju!”. Resapi dalam-dalam kalimat ini, resapi ke dalam hati. Setelah langkah awal terrealisasi, ikuti dengan langkah kedua, ketiga, dan jadilah pribadi yang luar biasa! Sudah waktunya bagi kita untuk keluar dari zona nyaman.


No action, no happen.


With action, a miracle happen.

Semoga kita bisa. Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun