Sejenak, marilah kita ingat masa kekanak-kanakan kita dahulu! Betapa kita yang lucu dan dengan riang bermain, tertawa lepas, bernyanyi, manja, dan bisa bergantung pada orang-orang di sekeliling kita. Seolah tanpa beban. Kita melihat orang-orang dewasa yang sibuk bekerja membanting tulang untuk keluarga, stres dengan permasalahan-permasalahan yang ada, atau persaingan antarsesama pedagang di pasar yang tak jarang berbuntut dengan kekerasan. Percaya atau tidak, disadari atau tidak, dulu seringlah bagi kita yang masih kecil menganggap mereka kurang gawean (kurang kerjaan-red). Yang ada di otak kita hanyalah bermain, bersenang-senang, dan, menikmati hidup ini sepenuhnya. Oh, membayangkan masa-masa itu rasanya saya ingin kembali lagi ke “dunia mini anak-anak”. Tetapi, tidaklah mungkin hal itu terjadi karena waktu berjalan satu arah, straight ke depan.
“Dunia mini anak-anak” yang saya tuliskan di atas adalah nyata adanya. Namun, sebagai manusia normal tak dapatlah kita mengelak bahwa dunia ini tak akan bertahan beberapa lama. Seiring kita bertambah dewasa, dunia tersebut akan hilang dengan sendirinya. “Dunia orang dewasa” menjadi medanbaru selanjutnya. Selayaknya sebagai manusia-manusia dewasa, kebiasaan-kebiasaan bergantung pada orang lain haruslah perlahan-lahan kita lepaskan. Mandiri harus menjadi opsi utama kita. Mandiri dalam menjalani hidup yang mungkin akan sangat berliku jalannya. Tantangan baru tengah nampak di area perjalanan kita. Semakin manusia beranjak dewasa, semakin besarlah tantangan yang harus dihadapi olehnya. Ini merupakan hukum alam dan tak akan lepas dari tantangan-tantangan itu, suatu masalah.
Masalah adalah salah satu hal yang identik dengan kehidupan. Jika Anda tertimpa atau terlibat dalam suatu permasalahan, itu berarti Anda “hidup”. Benar saja, bayangkan jika Anda telah tiada, tentu tidak akan ada lagi masalah yang menyerang Anda. Namun, harus diakui tidak ada satu pun manusia yang senang dengan kata yang satu ini. Maunya manusia memang selalu yang enak dan masalah tidaklah masuk dalam kategori ini. Hidup dalam jalur damai terbebas dari beraneka masalah tentunya menjadi dambaan setiap insan. Tapi apadaya jika masalah itu datang tanpa diundang dengan sendirinya. Berlari darinya? Hmm, saya kira itu adalah hal yang bodoh dan tidak benar. Percuma kita lari dari masalah karena selang beberapa waktu kemudian ia akan kembali datang. Seperti yang sudah saya utarakan di awal, problem is a sign of our life dan ketika ia datang tidak ada kata tidak bagi kita untuk melawannya. Melawan setiap masalah yang datang dengan memecahkannya berkeping-keping bukanlah hal yang mudah. Tak jarang manusia menjadi stres menghadapi masalah yang menimpanya ketika masalah yang dirasa teramat berat datang dan tak ada titik terang pemecahannya.
Berbagai cara pemecahan terhadap suatu permasalahan bisa kita lakukan tentunya. Mulai dengan mempersiapkan diri yang baik, yakni dengan bersikap slow but sure dalam menanggapinya, hingga upaya sharing dengan teman atau rekan yang dirasa bisa membantu. Pepatah dari para Laziare (suporter fanatik Lazio FC) adalah “banyak jalan menuju Roma”. Jadi tidaklah berlebihan bila saya berkata, “Banyak jalan meninggalkan Roma”. Ada banyak jalan bagi masalah datang menimpa kita, dan pasti ada pula banyak jalan untuk memecahkannya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H