Mohon tunggu...
Efendy Naibaho
Efendy Naibaho Mohon Tunggu... Wartawan -

www.formatnews.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prabowo Menghormat, Jokowi Menundukkan Kepala

17 Oktober 2014   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TUNTAS sudah dan lega hati ini: Prabowo menghormat Jokowi dan Jokowi menundukkan kepala balas menghormati Prabowo. Dua tokoh ini bertemu, dua tokoh yang menjadi pesaing berat ketika pemilu pilpres kemaren, bisa bertemu  dalam kostum yang sama, kemeja putih.

Pertemuan Prabowo - Jokowi ini tentu saja ingin melenturkan hubungan politik yang beberapa saat lalu --sebenarnya tak tepat --- kurang baik, dimulai dari pilpres dengan debat-debatnya di televisi, kampanye arak-arakan maupun hitungan suara di KPU dan sidang di MK. Sebenarnya bukan kurang baik tetapi itulah demokrasi hingga kepada pemilihan pimpinan DPR dan MPR. Sebenarnya bukan kurang baik karena itu wujud pemisahan kekuasaan, trias-politica.

Demokrasi memang mahal, menjengkelkan sekaligus menyenangkan. Mahal bila high-cost dan terhambur percuma, menjengkelkan bila kalah apalagi jika curang dan menyenangkan bila menang terhormat. Yang paling menyenangkan sejatinya adalah jika yang kalah menerima yang menang dan yang menang tidak membusungkan dada.

Pertemuan Prabowo - Jokowi adalah pertemuan sejarah yang ingin mempertontonkan bahwa keduanya sebagai negarawan, dan semakin penting karena Prabowo seorang militer, jenderal dan Jokowi seorang sipil, birokrat sekaligus pengusaha. Dua tokoh yang berbeda latar belakang tapi bisa bersatu untuk Indonesia Raya .

Apa yang mempersatukan keduanya? Kerendahan hati apa yang membuatnya mau ketemuan? Intinya tentu karena ingin tetap menjadikan Indonesia sebagai NKRI yang ber-Pancasila, ber-UUD 1945 dan ber-Bhinneka Tunggal Ika. Ini zat perekat dari keduanya yang terlihat dari gaya dan karakternya.

Permadi, tokoh senior PDIP yang bergabung ke Gerindra-nya Prabowo, pernah bercerita kepada saya, bahwa Prabowo lebih Soekarnois daripada teman-temannya yang lain. Kalau Prabowo Soekarnois, Jokowi juga, bukankah Jokowi didukung PDIP?

Sekedar mengingatkan, penggali Pancasila adalah Bung Karno dan kaitan ke PDIP karena partai ini merupakan gabungan partai PNI (Partai Nasionalis Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, Murba dan IPKI (IKatan Pejuang Kemerdekaan Indonesia). Ada roh Marhaen di dalamnya.

Sekali lagi, Prabowo dan Jokowi ingin membangun Indonesia, membangun jiwa dan raga rakyat Indonesia dan untuk itulah mereka bertemu. Keduanya juga janjian untuk ketemuan di Hambalang, di markas Prabowo untuk menyanyi bersama walau Jokowi menolak untuk menyanyi ...... ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun