Mohon tunggu...
Efendy Naibaho
Efendy Naibaho Mohon Tunggu... Wartawan -

www.formatnews.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intervensi Ban Ki Moon

16 Februari 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAYA sangat sependapat dengan sikap tegas Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana, yang mengkritik Sekjen PBB Ban Ki Moon atas permintaannya kepada Pemerintah Indonesia agar membatalkan pelaksanaan hukuman mati terhadap sejumlah terpidana narkoba.

"Permintaan Ban Ki Moon sungguh disayangkan karena kecenderungan melakukan intervensi dan membela negara-negara maju di PBB," tegasa Hikmahanto melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Minggu.

Maunya apa ya Sekjen PBB Ban Ki Moon ini, tega-teganya meminta Indonesia untuk membatalkan pelaksanaan hukuman mati atas sejumlah terpidana mati yang terlibat narkoba, termasuk dua warga Australia yang masuk kelompok "Bali Nine".

Patut dipertanyakan, ada apa dan apa yang ada di belakang Ban Ki Moon ini, minta eksekusi terpidana narkoba ditunda. Lantas, yang menjadi korban narkoba di Indonesia tidak dipersoalkan?. Padahal, Presiden Jokowi sudah terang berendang mengungkap data yang meninggal setiap hari puluhan orang. Yang direhab jumlahnya jutaan dan ada satu juta lebih yang tidak bisa direhabilitasi lagi. Apa Ban Ki Moon tidak membaca ini atau tidak mau tahu.. ?

Lagi pula, Presiden Jokowi sudah terang-terangan menyatakan bahwa Indonesia Darurat Narkoba. Jokowi tidak malu menyatakan negaranya darurat. Alasannya kan cukup jelas, yang menjadi korban sia - sia anak bangsa Indonesia, generasi muda Indonesia. Dan, yang menyelundupkan narkoba bukan bilangan gram lagi, sudah kiloan bahkan ton. Apa lagi Ban Ki Moon?

Wajar juga Hikmanto menagih di mana suara Ban Ki Moon ketika warga negara Indonesia Ruwiyati harus menjalani hukuman mati di Arab Saudi. Apakah karena Ruwiyati berkewarganegaraan Indonesia dan Indonesia bukan negara maju sehingga suara Ban Ki Moon absen?

Yang pasti, Ban Ki Moon tidak menyadari bahwa banyak orang mati karena ketergantungan narkoba. Ban Ki Moon hanya berempati pelaku tetapi tidak pada korban. Ayolah Ban Ki Moon, segera tarik stetmen-mu dan minta maaf kepada Indonesia. Biarkanlah Indonesia mengatur dirinya sendiri dulu, karena Indonesia mau bebas dari narkoba.

Bagi Hikmahanto, patut dipertanyakan apakah pernyataan Ban Ki Moon tidak tendensius dan merendahkan martabat dan kedaulatan Indonesia. Atau pernyataan itu dimunculkan karena ada desakan dari pemerintah Australia.

Tidakkah Ban Ki Moon sadar tindakannya dimanfaatkan oleh satu negara untuk menekan negara lain?@@@

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun