[caption id="attachment_329922" align="aligncenter" width="297" caption="pic: Rudyao - GaimCreativeStudio@deviantart"][/caption]
Kehebatan nama Gatotokaca sebagai ksatria besar sebenarnya belum teruji nyata selain masa kecilnya yang berhasil membunuh Ditya Sekipu dan Kala Pracona berkat bantuan berbagai kekuatan dari para dewa. Setelah dewasa, dia lebih sering menjadi penghias cerita dalam perang kembang bersama adik sepupunya, Abimanyu, putra Arjuna. Lawan-lawan yang dihadapinya kebanyakan hanya raksasa-raksasa biasa atau ksatria-ksatria kecil.
Sejak kecil Gatotkaca sudah dididik pada dunia keprajuritan dan taktik perang. Tumbuh menjadi sosok yang gagah dan rupawan membuat banyak orang melupakan masa lalu atau mungkin tidak mau mengingat kalau sebenarnya Gatotkaca adalah seorang raksasa. Bahkan kisah-kisah yang melukiskan kehebatannya di masa remaja banyak menimbulkan polemik di masyarakat umum yang mencium aroma nepotisme pada setiap kesuksesan yang dia peroleh. Sang kala mencatat beberapa peristiwa-peristiwa penting dalam karir Gatotkaca yang menjadi kontroversial.
Pertama. Penobatan Gatotkaca sebagai Raja Pringgodani oleh Pandawa menimbulkan perang saudara yang cukup besar hingga membuat negara Pringgodani hampir hancur. Pangeran Brajadenta sebagai pangeran laki-laki tertua sepeninggal kakaknya Prabu Arimba merasa lebih berhak atas tahta daripada Gatotkaca, putra dewi Arimbi, kakak perempuan Pangeran Brajadenta. Tragedi berdarah ini berakhir dengan terbunuhnya Pangeran Brajadenta dan Pangeran Brajamusti di tangan Gatotkaca.
Kedua. Peristiwa Tunggarana, sebuah daerah di perbatasan negara Pringgodani dan Trajutresna. Daerah gersang yang diperebutkan Prabu Anom Gatotkaca, raja Pringgodani dengan Prabu Suteja, raja negara Trajutresna (kisah Suteja saya tulis di sini). Dalam pertempuran ini Gatotkaca mengalami kekalahan besar namun karena mengiba pada Sri Kresna, ayah Suteja, akhirnya pasukan Trajutresna mengalah untuk mundur dan menyerahkan tanah Tunggarana pada Pringgodani.
Ketiga. Peristiwa perselingkuhan Abimanyu dengan dewi Utari yang ditutupi Gatotkaca dengan membunuh Pangeran Kala Bendana, pamannya sendiri, sebagai satu-satunya saksi hidup atas konspirasi kebohongan yang dibuat oleh Abimanyu dan Gatotkaca. Kematian Kala Bendana menjadi kisah yang paling tragis mengingat dialah yang telah merawat dan mendidik Gatotkaca sedari kecil, seorang pekerja tanpa pamrih dan dikenal sebagai sosok pribadi yang jujur dan apa adanya. Namun, Gatotkaca tidak pernah menerima hukuman nyata atas pembunuhan keji yang dia lakukan tersebut.
Keempat. Pengangkatan Gatotkaca sebagai kandidat tunggal panglima tertinggi angkatan perang Pandawa juga menjadi tanda tanya tersendiri dalam benak masyarakat sebab selain Gatotkaca masih ada ksatria lain yang kemampuannya dianggap lebih hebat daripada Gatotkaca yaitu Raja Antareja dari negara Jangkarbumi dan Prabu Suteja, penguasa negara Trajutresna.
Kini, ketika perang Baratayuda sudah memasuki hari ke 14, Gatotkaca didaulat untuk maju sebagai panglima perang. Sesuai perjanjian yang telah disepakati bersama antara dua kubu yang bertikai, maka peperangan akan dihentikan begitu hari telah senja, namun di hari itu peperangan masih terus berlangsung sampai malam hari. Sebenarnya Karna (kisah Karna saya tulis di sini ) sudah meniup sangkakalanya ketika matahari sudah mulai memasuki ufuk barat dan rela melepaskan kesempatan untuk membunuh Bima dengan panahnya demi peraturan yang telah disepakati tapi ketika hendak kembali ke markas ternyata Karna dan pasukannya dihadang oleh Gatotkaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H