Mencermati sinetron yang ditayangkan di media TV salah satu yang menjadi FOI (Fokus Of Interest) cerita mengenai kehidupan sehari-hari. Bagi pencerita (penulis cerita) mengolah cerita banyak yang memperdaya yang lemah semakin lemah yang kuat semakin kuat, sedangkan dalam penyekesaian masalah tetap saja yang lemah menjadi korban yang semakin tak berdaya. Meskipun pada endongnya yang kuat terpuruk yang lemah berhaya.
Ambil contoh sinetron yang ditayangkan Indosiar, dengam mengolah potret kehidupan sehari-hari, diawal cerita tidak jarang memperdaya silemah tidak berkutik dalam mempertahankan kehidupan sehari-hari. Usaha yang diperjuangkan kurang mendapat perhatian lingkungan sekitar.
Kalau disimak secara lebih detil masih ada sisi- sisi kehidupan belum digarap oleh penulis cerita. Ketika silemah dihadapkan pada kehidupan yang tidak mungkin ada pilihan lagi, sebenarnya masih bisa diperjuangkan melalui media hukum yang berlaku, semisal si lemah difitnah, dimunculkan orang yang mau memperjuangkan melalui pencemaran nama baik atau bentuk perjuangan lain akan memberikan cerita lebih hidup lagi.Â
Akan tetapi si lemah tetap lemah tidak ada yang memperjuangkan, bahkan terpaksa masuk penjara karena warga lebih percaya fitnah (cerita si penjual jamu yang difitnah). Sipenjual jamu dipaksa untuk tidak berjualan, padahal itu satu-satunya untuk menyambung hidup sehari-hari. Meskipun pada akhirnya penjual jamu dapat mendirikan pabrik helbal, namanya cetita perjuangan ya perkuangan instan, Â langsung melejit begitu saja, sesuai pencerita mengalokasijan ide untuk dapat tayang.
Akan lebih hidup lagi kalau dalam betcerita dibuat kasus pencemaran nama baik, ini justru menjadi pembelajaran baru bagi masyarakat, bagaimana prosesnya, bagaimana alur ceritanya, masyarakat akan tahu bagaimana ditegakkannya proses keadilan yang berlaku disekitar kita. Yang direkam dlm cerita itu hanya diperlihatkan penjara, tapi proses hukumnya tidak digarap menjadi sebuah alur cerita, padahal itu akan menjadi cerita cukup menarik bila digarap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H