Babak Baru dalam Sejarah Global
Hi, Kompasianer!
Di era di mana garis antara dunia digital dan fisik semakin kabur, dunia memasuki babak baru dalam sejarahnya. Batas-batas negara tidak lagi ditentukan oleh garis geografis, tetapi oleh kode, algoritma, dan inovasi teknologi.
Teknologi kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan hipersonik bukan hanya kata-kata yang mendominasi tajuk utama berita; mereka adalah alat-alat yang sedang membentuk ulang peta kekuatan global.
Negara yang memegang kendali atas teknologi-teknologi ini akan menjadi pengendali masa depan. Seolah-olah kita sedang menyaksikan perlombaan luar angkasa baru, parahnya kali ini, medan pertempuran berada dalam dimensi digital dan virtual.
Lanskap Geopolitik yang Terpolarisasi
Saat ini, dunia berada di tengah-tengah rivalitas geopolitik yang lebih kompleks dan berbahaya daripada era Perang Dingin.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin mendominasi panggung internasional, dan ini bukan hanya tentang dominasi ekonomi atau pengaruh militer, tetapi juga dominasi teknologi.
Perang teknologi yang terjadi antara dua kekuatan besar ini mempengaruhi negara-negara di seluruh dunia, mulai dari Eropa hingga Asia Tenggara.
Di satu sisi, Amerika Serikat telah secara agresif memperketat kontrol ekspor teknologi, terutama terkait dengan AI, semikonduktor, dan komputasi kuantum.
Pada tahun 2023, AS memberlakukan pembatasan besar-besaran terhadap Tiongkok, menghalangi aksesnya terhadap teknologi semikonduktor canggih dan chip AI yang kritis untuk pengembangan masa depan mereka.