Halo, para pembaca!
Saat ini saya ingin mengajak Anda untuk memahami lebih dalam mengenai salah satu lembaga intelijen yang memiliki peran vital dalam pertahanan Israel, yakni Badan Intelijen Militer Israel. Dalam tanah yang sarat dengan sejarah dan ketegangan politik, Israel telah membangun doktrin intelijen dan pertahanan yang kuat untuk melindungi negara dan warganya. Mari kita telusuri bersama konsep pertahanan Israel yang menarik ini!
Mengulas Struktur Intelijen Israel
Pertama-tama, mari kita lihat struktur Badan Intelijen Israel yang didasarkan pada kerjasama erat antara beberapa lembaga intelijen. Aman (intelijen militer), Mossad (intelijen luar negeri), dan Shabak (keamanan internal) merupakan lembaga utama yang membentuk struktur intelijen Israel. Aman adalah badan intelijen militer tertinggi di Pasukan Pertahanan Israel atau yang biasa disebut Israel Defense Force (IDF) dan bertanggung jawab atas peringatan dini, laporan intelijen harian, serta menjaga keamanan Israel selama masa perang.
Dalam sejarahnya, pada awal berdirinya negara Israel, Haganah, organisasi militer utama, bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen. Unit elitnya, Scherut Jediot (layanan rahasia) atau Shai, memiliki peran penting dalam hal ini. Pada akhir 1940-an, Perdana Menteri David Ben Gurion menginstruksikan Shai untuk membentuk struktur layanan intelijen rahasia yang terpisah untuk Israel. Berdasarkan Shai, Re'uven Shiloach mendirikan empat layanan independen: Aman, Schin Bet, Machleket Hacheker (layanan intelijen luar negeri), dan Mossad le-Aliya Bet (Institut Imigrasi Ilegal). Pada pertengahan tahun 1949, Shiloach juga mendirikan Komite Kepala Operasi Rahasia sebagai badan pengawas. Pada tahun 1963, badan ini secara resmi disebut "Institut Intelijen dan Tugas Khusus," atau Mossad.
Selain lembaga-lembaga terkenal tersebut, ada satu cabang dinas intelijen yang kurang dikenal, yaitu Badan Intelijen Teknologi Lakam. Badan ini bertugas mendapatkan informasi ilmiah dan melakukan penelitian teknologi. Namun, peran Lakam mengalami penurunan signifikan pada tahun 1980-an.
Doktrin IDF
Sekarang, kita beralih ke doktrin pertahanan IDF, yang pertama kali diterbitkan dalam Buku Putih pada Agustus 2015 oleh Letnan Jenderal Gadi Eizenkot, Kepala Staf Umum IDF. Doktrin ini dirancang untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang respons militer strategis dan operasional terhadap ancaman utama yang dihadapi oleh Israel.
Dalam beberapa tahun terakhir, lingkungan strategis Israel telah mengalami perubahan dramatis yang signifikan dalam sifat dan potensi ancamannya. Ancaman konvensional dan sub-konvensional mengalami penurunan, sementara ancaman non-konvensional dan ancaman dunia maya meningkat. Dalam menghadapi ancaman tersebut, Eizenkot mengembangkan konsep pembalasan tiga tahap.
Tahap pertama melibatkan serangan terhadap sasaran yang memiliki nilai strategis tinggi dengan memperhatikan prinsip proporsionalitas sesuai dengan hukum internasional.Â
Tahap kedua melibatkan memberikan peringatan dini kepada warga sipil yang tinggal di sekitar sasaran yang bernilai tinggi. Tujuannya adalah melindungi warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik dan memberi mereka kesempatan untuk mengungsi.Â