Bismillahirrohmanirrohim… Berawal dari sebuah impian, keyakinan, dan tindakan. Mungkin sebagian orang bisa menebus impiannya dengan mudah, biasa saja, atau ada yang berjuang tertatih-tatih untuk meraihnya. Semua pasti memiliki cerita yang berbeda tergantung dari respon individu masing-masing. Tahun 2011 ketika aku masih menggunakan komputer untuk menyelesaikan skripsi di Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Udayana sebuah foto memikatku. Foto yang mengaggumkan dan menentramkan hati, karena cara mengambil fotonya yang berbeda. Sebelumnya, aku juga pernah melihat foto yang sama namun, kali ini aku benar-benar takjub. Lantainya seperti cermin yang memantulkan tiang-tiang dan kubah di atasnya. Foto Masjid Nabawi kujadikan wallpaper sebagai penghilang suntuk skripsi.
Entah mengapa, skripsiku juga tak jauh tentang Haji, Kakbah, dan sekitarnya. Padahal sebelumnya sudah kurang lebih lima kali ganti bahan penelitian. Alhamdulillahnya, meski tinggal di Bali yang masyarakat muslimnya minoritas dan awam mengenai masjidil haram, para dosen penguji senang dengan alur ceritanya. Bahkan, dosen lulusan S2 Belanda pun mengatakan kalau itu bukan layaknya skripsi tapi thesis.
Memang harus diakui, semua yang berhubungan dengan memperjuangkan agama-Nya pasti dimudahkan. “Hai, orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS.Muhammad:7) Dari masa jahiliyah yang cinta dunia sehingga Allah Swt memberikan hidayah seolah-olah kehidupan ini berubah 180 derajat (inqilab) semuanya serba damai dan tujuan akhir adalah akhirat dan memang itu semestinya. Sekilas cerita yang menjadi kilas balik semoga memotivasi dan menginspirasi. Akhir tahun 2013 aku ber-azzam (bertekad) untuk menabung dan berharap bisa umroh tahun 2016. Hal ini hanya kutulis di buku impian (Dream Book), tak ada seorangpun yang mengetahui termasuk orangtua. Pasca Idul Fitri 2013 berhasil kutabungkan sekitar 1juta. Setiap gajian aku selalu menyisihkan uang untuk ditabung selain keperluan sehari-hari dan sedekah minimal 20% sesuai saran Bang Ippho. Beberapa hari setelah aku menabung, Bapak aku menawarkan “Fa, mau umroh nggak?” “Ya, pasti maulah… orang Islam pasti pengen umroh.” “Alhamdulillah ada rezeki nih, tahun depan umroh ya!” Mendengarnya, seperti kado surga dari Allah yang dititipkan melalui orangtuaku. Langsung kuarahkan kaki ini menuju ke kamar untuk sujud syukur, meski awalnya seperti tidak percaya, dan menangis terharu. Allah SWT mempercepat niat baik kita dan memudahkan langkah kita jika kita berdoa dan berikhtiar. Allahu Akbar!!! Akhir tahun 2013 bulan Desember orangtua menyuruh mendaftar di travel pilihanku. Tak pikir panjang aku langsung menghubungi Ustadzah Dina yang kebetulan teman guru di Albanna School dan suaminya owner dari Patuna Bali. Saat itu, aku melihat brosur dan memilih paket yang paling murah yaitu paket promo di Bulan Maret 2014. Namun, hal itu harus tertunda, karena amanah pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sayangnya paket promo hanya sampai Bulan Maret. Beberapa hari kemudian, Ustadzah Dina menghubungi kalau ada Paket Biru yang harganya sama dengan Paket Promo di Bulan Mei. Patuna sendiri menawarkan 5 paket sesuai fasilitas, di antaranya dari yang paling murah/promo Paket Orange, murah Paket Biru, sedang Paket Hijau, sampai paket yang mahal Paket Ungu. Sepertinya Allah terus meringankan langkah ini, yang tadinya mendapat izin saat liburan sekolah tapi kini diizinkan di Bulan Mei karena siswa selesai ujian. Dari mengurus paspor, kartu kuning, travel semua aku urus sendiri tanpa bantuan calo. Beberapa bulan menjelang keberangkatan ujian datang silih berganti. Mulai tabungan yang menipis karena berbagai kebutuhan, isu virus Mers helm dicuri sampai 3x, sempat jatuh sendiri karena jalan berpasir kemudian gas tidak bisa dikontrol, sampai amanah aktivis dakwah yang sudah disenangi harus dialihkan ke amanah yang lain, dan ujian-ujian yang lain. Sebelumnya akan ditunda juga dengan isu Mers yang mengkhawatirkan keluarga. Syukurnya, Allah meyakini keluarga melalui Ustad Mustofa suami Ustadzah Dina Patuna. Selain itu, ternyata yang tadinya mau mengajak sepupu atau adik kandung tidak jadi karena masih sibuk dengan urusan kuliahnya. Ibu jadi khawatir karena dari Bali hanya sendirian. Perlu disadari memang inilah ujiannya, semoga bisa meningkatkan level keimanan dan keyakinan akan kebesaran Allah Swt. Aamiin. Tak terasa, hari bahagia itu semakin dekat mencoba juga untuk terus mendekatkan diri pada-Nya. Meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, dari yang tadinya jarang qiyamul lail, shaum sunnah, dhuhah, tilawah, dsb kini lebih dirutinkan dan semoga istiqomah. Hmm… makin mendekati hari H kenapa futhur yang tak diundang-undang itu datang mungkin seminggu sebelum keberangkatan si “Kodrat Wanita” datang. Masih banyak yang belum tahu, hanya sebagian teman dan saudara dekat yang kukabari. Khawatir dan menghindari jika ada rasa riya, takabbur, dan terlalu heboh. H-1 semua koper sudah kupersiapkan. Tinggal hati yang belum tenang yang tadinya yakin 100% kenapa tib-tiba takut datang menjelang hari H. Takut Mers, takut tidak bisa balik lagi, takut karena sendiri dari Bali, dll. To be continue …
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H