Vancing machine. megapolitan.kompas.com
Seusai mengikuti salah satu acara Nangkring Kompasiana, saya bergegas pulang akibat kepala yang sakitnya luar biasa.
Sepanjang jalan dari lokasi acara hingga ke Stasiun Manggarai, saya sudah terhuyung-huyung. Memasuki area stasiun, spontan badan serasa langsung pingin ambruk. Antrian calon pengguna Commuter Line puanjangnya pake bangettt.Â
Sadar saya sendiri di kota orang, pertahanan diri saya perkuat. Berhubung obat saya sudah habis, saya putuskan untuk ngunyah permen karet banyak banyak.Â
Merasa ada di barisan paling akhir dengan kondisi kepala pusing enggak ketolongan, saya tidak punya niat sama sekali bahkan untuk ngelirik sepanjang apa antrian ini. Badan yang tidak begitu tinggi juga menyadarkan saya untuk tidak melakukan itu karena pasti tidak akan terlihat.Â
Untuk menggunakan kembali Kartu harian Berkala yang saya gunakan ketika menuju lokasi acara, saya antri di barisan Commuter Line Ticket Vending Machine, bersebelahan dengan loket isi ulang kartu multi trip. 20 menit berlalu, gerakan antrian terasa sangat lamban, mungkin efek kepala. Begitu pikiranku saat itu.
Lama lama saya mulai kesal. Lambat sekali! Sudahlah kepala berulah, cuaca panas berulah, tiketpun ikut-ikutan, kipas angin stasiun masih jauh di depan saya, mau ngeliat enggak nyampe. Beuhhh, keselnya sampe ubun-ubun.
Tidak ada yang bisa lakukan kecuali sabar. Setelah menghabiskan puluhan menit kemudian, barisan sudah bisa terlihat oleh mata.
Mata saya menangkap dua orang calon pengguna Commuter Line maju secara bersamaan. Satu orang di barisan saya dengan menggunakan Commuter Line Ticket Vending Machine, dan satu orang di barisan paling kanan dilayani oleh petugas.Â
Penasaran, mata saya tak lepas dari keduanya. Tak sampai dua menit, calon pengguna KRL di sebelah kanan kami sudah meninggalkan barisan, sementara di barisanku belum. Orang kedua dari barisan kanan kami sudah meninggalkan barisan, orang yang sama di barisan kami masih juga belum keluar dari barisan. Hingga orang keempat dari barisan sebelah kanan keluar, orang yang sama di barisan kami baru keluar.Â
Wow. 4:1. Kembali saya teliti. Kali ini 3:1. Sekali lagi, angka yang sama 3:1. Bahkan saya sempat lupa lagi sakit kepala. Menarik sekali ternyata melakukan pengamatan seperti ini.