Foto: http://aadc2.com/
Masih dalam demam Ada Apa Dengan Cinta 2. Walau belum mengetahui bagaimana kisah di sekuel pertama, film yang berhasil mengalahkan Civil War ini mengundang rasa penasaran penikmat film tanah air, termasuk saya sendiri. Film yang mampu meraup 6,4 Miliar dalam empat hari ini sanggup mengusik keingin tahuan saya melalui marketing mulut ke mulut teman-teman, melalui iklan, postingan keren di berbagai media sosial, melalui satu kalimat sederhana yang diucapkan dengan (entah bagaimana saya harus menyebutnya) sepenuh hati mungkin. Ini jelas terdengar dari cara Cinta menyampaikan kalimat tersebut dengan tenang dan "dalam" "Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu, jahat!" dan kamu tahukan? Tatapan mata Cinta saat mengatakannya bagaiaman? serta Tatapan mata Nicholas Saputra (Rangga) yang super tajam dan mematikan. Dan yah, rasa penasaran memang harus dijawabkan?
Awalnya saya tidak begitu kenal dan tahu akan Nicholas Saputra. Siapa dia, bagaimana karir dan prestasinya di dunia perfilman Indonesia, bagaimana sekolahnya, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Tidak hingga saya keluar dari bioskop, pegang handphone dan mulai stalking everthing about him. Yaaa, namanya juga anak muda, keponya tinggi. Hahaha
Antrian berjubel. AADC everywhere! Everyone comes with their couple. Me? ALONE! Serius, ini mainstream banget dan tidak direkomendasikan! Sejatinya kesendirian itu benar-benar terasa ketika penonton yang tepat di samping saya meneteskan air mata dan air mata itu disapu oleh pacarnya. Atau ketika gadis itu bergelayut manja di lengan sang pacar saat adegan-adegan manis yang ditayangkan di layar. Saya bukan gagal fokus antara film dengan mereka, saya hanya memberitahu bagaimana mainstreamnya nonton film yang bikin baper ini sendirian. So, jangan!
Saya menyukai kesederhanaan yang ditayangkan di film ini. Kekayaan bahasa dan lafal yang luar biasa dalam sehingga membawa penonton hanyut dalam tayangan. Tentang kisah persahabatan, kisah cinta, sebuah rahasia yang terkuak setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rindu dalam kesal dan dendam, tentang sebuah komitmen dan tentang sebuah pilihan.
Sudah sekian tahun sejak surat itu datang. Surat yang pada awalnya memberi secercah senyuman di bibir Cinta. Surat yang datang dari kejauhan, membawa kabar tentang seseorang yang begitu dinantinya. Sebuah keromantisan yang pada akhirnya berujung dengan air mata. Surat yang menghampirinya adalah goresan kalimat terakhir dari Rangga yang meminta untuk mengakhiri kisah cinta mereka berdua. Tanpa alasan yang jelas dan Cinta tidak bisa menerima itu.
Sekian purnama berlalu, Cinta dan ketiga temannya berkumpul kembali. Menyingkirkan kesibukan dan berencana untuk liburan ke Yogya. Without their husband of course! Yes, like woman's time! Termasuk Karmen yang sempat terjerumus dalam dunia Drugs karena kesalahannya dalam memilih teman. Sayangnya Alya Kristina Salim, salah satu anggota geng mereka sudah lebih dahulu dipanggil Tuhan, serta Cinta yang baru saja menerima lamaran Trian. Exactly no Man! Hanya ada Cinta, Karmen, Maura, dan Milly
Perjalanan liburan ke Yogya berjalan lancar sesuai rencana hingga seseorang yang sangat familiar di mata Milly dan Carmen terlihat melintas di hadapan mereka berdua. "Itu dia, Mil!"
Karmen merasa wajib untuk memberitahu hal ini pada Cinta mengingat dia juga pernah merasakan bagaimana rasanya menunggu dan dibiarkan begitu saja tanpa kepastian. Dan cinta menolak untuk bertemu dengannya.
Sejatinya seorang teman adalah, mereka yang memahami tanpa perlu dijelaskan. Cukup dengan membaca bahasa tubuh Cinta ketika di pantai, Karmen tahu sahabatnya itu masih menyimpan tanda tanya yang harus segera dijawab hingga akhirnya dia mengundang Rangga untuk bertemu dengan Cinta di sebuah galeri yang mereka kunjungi.
Konflik terjadi diantara keduanya. Cinta yang tidak menyukai pertemuan ini akhirnya mengucapkan kalimat yang jelas menyakiti hati Karmen. Namun, sahabat adalah mereka yang saling memahami dan memaafkan lalu berembuk untuk mencari jalan keluar bersama-sama.