Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Gen X dan Branding yang Dianggap Tidak Penting

25 November 2024   23:10 Diperbarui: 26 November 2024   10:25 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu waktu di masa lalu, saya pernah bekerjasama dengan salah satu salon kecantikan yang saat itu baru buka. Kerjasama ini tentu saja sebagai KOL yang ikut menyuarakan kehadiran mereka kepada calon pelanggan lewat konten yang kuproduksi.

Setelah sepakat dengan hak dan kewajiban, saya meluncur ke lokasi sesuai waktu yang telah ditentukan.

Berbeda dengan salon pada umumnya yang menghadirkan anak-anak muda, salon ini justeru memberi peluang kepada ibu-ibu paruh baya berkisar usia 50an tahun atau Gen X untuk bekerja sebagai terapis.

Tentu ini adalah langkah baik sebab potensi ibu-ibu terapis tersebut bisa tersalurkan sekaligus mendapatkan penghasilan. Di sisi berbeda, kebutuhan pekerja di salon bisa terpenuhi.

Kurangnya edukasi, branding dianggap tak penting

Setibanya saya di sana, saya disambut sangat baik. Disapa dengan senyuman, dipersilakan duduk, diarahkan ke meja registrasi, disuguhkan minuman dan diajak ngobrol. Semua masih terasa normal.

Sampai akhirnya saya tiba di ruang treatment dan ditangani oleh salah seorang ibu terapis. "Ini (saya - pelanggan yang sedang ditanganinya) cuma buat konten aja" begitu kata beliau kepada temannya yang juga sedang bertugas di ruangan sebelah saat berpapasan.

Saya tidak berpikiran jauh dengan ucapan tersebut meski memang sempat bingung juga kenapa dibilang cuma ya?

Pertanyaan ini kemudian terjawab saat treatment berlangsung. Penanganan terapis rasanya hanya formalitas. Lalu berangsur-angsur total dan lebih powerfull saat sesi pengambilan footage berlangsung kemudian kembali ke "pengaturan awal" begitu footage telah tercukupi.

Perlakuan ini membawa sejumlah asumsi di kepala saya; Apakah sebelumnya sudah ada koordinasi antara pemilik salon dengan para ibu terapis? Apakah sudah diedukasi? Apakah ibu terapis ini paham betul dampak kehadiran KOL dan konten yang akan dihasilkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun