Tipu-tipu ongkir endorsement
Baru-baru ini ada kejadian yang cukup jadi catatan dan kurasa penting untuk dibagikan.
Sebuah pesan, masuk ke direct message (DM) Instagramku. Di dalamnya pelaku mengaku baru ingin merintis bisnis di dunia fashion, dan bermaksud ingin "meminjam" Instagramku untuk memperkenalkan akun dan produknya lebih luas lagi. Istilah bekennya endorsment.Â
Kalau dilansir dari katadata sih, endorse adalah promosi menggunakan orang lain untuk mendukung produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Cambridge Dictionary, arti endorse yaitu untuk membuat pernyataan publik tentang persetujuan atau dukungan. Arti lain endorse yaitu suatu produk yang muncul dalam iklan dan konsumen menyukainya.
Aku cukup tertarik, lalu memutuskan main ke akun tersebut untuk melihat jenis-jenis fashion yang dijajakannya. Mostly sepatu premium dan pakaian. Kalau perempuan lihat merek tersebut, mungkin ngga lama untuk mengiyakan karena brand nya yang lumayan terkenal.Â
Sebetulnya sekilas saja, ada beberapa hal yang cukup ganjil di akun tersebut. Namun, aku memutuskan untuk mengetahui kemana arah percakapan daring ini berakhir.
Betul saja, pada akhirnya modus endors ini menyasar biaya ongkos kirim (ongkir) yang dibebankan pada penerima produk.
Beberapa kali bekerja sama dengan brand, baru kali ini aku menghadapi ongkir ditanggung penerima.
Kurasa obrolan tersebut tidak perlu diperpanjang lagi sebab kita sama-sama bisa menebak bahwa percakapan ini hanya modus semata. Usai mengirimkan biaya ongkir, percaya saja, produk tidak akan kamu terima.
Sebetulnya, biaya ongkir yang diminta tak begitu banyak. Hanya berkisar 30rb an doang. Hanya, bila dikalikan dengan 10 korban saja per hari, pelaku sudah mendapatkan 300rb dari tipu-tipu ongkir endorsment tersebut.