“Enak tuh” sembari saya terus melihatnya aneh.
“Laper banget gue. Gila.” Jawabnya sembari mengaduk makanannya yang baru saja ditambahi bumbu agar terasa makin maknyoss.
Demi melihatnya yang telah melahap beberapa potongan daging di makanan tersebut, sudah percuma saya menahannya untuk tidak makan karena puasanya sudah batal. Akhirnya sama diam. Mungkin emang hari ini lagi engga puasa? Mungkin engga enak badan meski dalam hati saya sudah yakin dia lupa mengingat saat itu kondisi badannya baik-baik saja.
Di tengah melahap mie yang masih tersisa setengah itu, saya kembali bertanya “Engga puasa?”
Dan sendoknya mendadak berhenti berdenting. Saya yang sedang memasukkan mie ke dalam mulut mulai geli sendiri menyadari perubahan tersebut dan kemungkinan besar dia lupa bahwa hari itu puasa telah dimulai. Mukanya merah. Bingung akan makanan yang ada di dalam mulutnya antara mau memuntahkan tapi sungkan karena ada saya yang sedang makan di sana, atau ditelan tapi sedang berpuasa. Walau akhirnya makanan tersebut langsung ditelan dan menenggak minuman yang ada di hadapannya. Saya makin geli melihatnya. Dia beneran lupa!
“Puantes gue lapar banget, pantes kantin sepi banget. Astagfirulloh gue lupaaa... puasa gue batal ya, Allah!” Dengan medok Jawanya dia nyebut berkali-kali dan saya hanya menatapnya sambil terus tertawa.
“Kenapa Lo engga kasih tau gue ini lagi puasa?” tanyanya di tengah kepanikannya yang sudah mulai mereda. Gimana saya mau kasih tahu kalau cacahan ayam saja sudah sempat dia kunyah. Ya batal. Hahahaha.
Lucunya lagi, meski sempat panik, tetap saja dia melanjutkan menghabiskan makanannya. Mungkin nanggung ya, kan sudah kepalang batal juga puasanya. Hahahah.
Hayooo, siapa yang sering kelupaan lagi puasa hari pertamaaa???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H