“Hahahahah.”
“Mba nya engga puasaaa.... Mba nya engga puasaa... Mba nya engga puasaa...”(Baca dengan bernyanyi ala anak-anak)
Jadilah sepanjang jalan hingga perempatan saya dinyanyiin lagu pendek tersebut dan jadi bahan olok-olokan mereka. Makin malu lagi karena banyak orang lain yang lalu lalang di sana. Dalam hati gue jitak nih anak, tapi takut dikeroyok mengingat jumlah mereka cukup banyak. Akhirnya saya memutuskan untuk mempercepat langkah kaki agar mereka tertinggal.
Sayangnya, mereka juga melakukan hal yang sama. ikut mempercepat langkah kaki kecilnya agar lagunya tak terputus. Saya berhenti, mereka ikut berenti. Pagi itu, saya resmi dikerjain segerombolan krucil yang menggemaskan! Edan!
Tak ingin kena hal yang sama dua kali, botol minum itu saya masukkan ke dalam tas dan menuju kampus seolah tak ada hal yang memalukan yang baru saja terjadi. Stay cool.
Sememalukan apapun hal yang saya alami, rasanya bersama mereka yang dapat saya percaya, hal yang memalukan seolah berubah menjadi hal yang menggelikan ketika bersama dengan mereka. Tak heran ada istilah yang mengatakan “Sahabat selalu tahu hingga keboroknya”. Cerita pagi itu menjadi bahan tertawaan kami selama senggang.
Siang datang, masih di hari yang sama. Saya menuju ke kantin untuk mewujudnyatakan keinginan ketika kelima sahabat saya memutuskan untuk sholat. Dalam benak saya, mie ayam mungkin akan terasa lezat.
Baru juga beberapa menit saya mulai makan, sebuah teriakan kembali terdengar. Suara yang sangat khas. Dwi namanya. Islam juga.
“Na, Makan apaan, Lu?”
Sembari menoleh, saya menggerakkan bibir dengan berkata ‘mie ayam’ namun tanpa suara. Saya sempat menangkap pandangannya berkeliling melihat situasi kantin yang memang saat itu sepi sekali. Hanya ada lima enam orang yang ada di sana termasuk saya. Wajar, kan lagi puasa. Lalu saya fokus kembali makan.
Tak lama berselang, dia datang membawa semangkuk makanan yang sama dengan yang saya santap. Cacahan daging yang terdapat di bagian atas mie tersebut satu persatu dicomot dan dilahap lalu duduk di hadapan saya sembari memasukkan cabai dan kecap ke mangkuk mie ayamnya.