Pernah menyukai satu buku? Suka sampai benar-benar membacanya berulang kali bahkan hapal beberapa kalimat yang menurut kamu pas menggambarkan kondisi kamu saat membaca buku tersebut. Lalu tiba-tiba ikut bahagia ketika mendengar kabar bahwa buku tersebut dalam waktu dekat akan difilmkan.
Biasanya buku yang seperti ini sih lebih ke novel ya. Mengangkat kisah dalam novel hingga kemudian dituang dalam sebuah film mengingat minat baca masyarakat Indonesia menurut Kepala Perpustakaan Nasional Muh Syarif Bando menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara. Miris memang. Kita juara kedua. Dari bawah!
Film yang novelnya booming biasanya diterima dengan sangat baik oleh penonton. Tak semua sih, Dear Nathan salah satunya yang berhasil meraih pembaca terbanyak di wattpad hingga meraih gelar Mega best seller hanya berhasil meraih kurang lebih 700.165 penonton. Namun, novel Dilan 1990 karya Pidi Baiq berhasil tembus hingga 6,2 jt penonton dalam kurun waktu 39 hari.
Begitu sebuah wacana diturunkan bahwa novel tersebut akan difilmkan, berbagai opini hadir. Menimang-nimang apakah film akan sesuai dengan kisah dalam novel? Lebih lagi dari segi perasaan yang terbawa saat membaca buku tersebut.
Pecinta novel Dilan semakin khawatir ketika diumumkan bahwa pemeran utama pria adalah Iqbal Ramadaan, remaja tanggung yang diragukan bisa mengusung novel tersebut dalam karya gerak yang tak kalah "bikin baper". Beruntung keraguan pecinta novel Dilan sirna begitu menikmati film tersebut.
Namun tak peduli seseru apa novel yang difilmkan itu telah kita nikmati, jika sebelumnya telah membaca novelnya, ada saja perasaan tak puas, atau perasaan "tak tepat" yang membuat kita merasa kayaknya ceritanya jauh lebih baik di novel deh. Pernah merasa seperti itu? Jika pernah, kita merasakan hal yang sama. Lalu kira-kira kenapa hal tersebut bisa terjadi ya?
Dan berikut adalah beberapa alasan mengapa membaca novel jauh lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan menonton novel tersebut saat difilmkan versi penulis:
1. Aroma Buku yang "enak"
Kalau ini berbeda sih ya. Tidak bisa dipaksakan karena ukuran menyukai masing-masing orang itu tak pernah sama.
Namun bagi saya, aroma buku itu enak. Hahaha. Melegakan. Terkadang seperti memberikan sensasi tenang (Buset, udah kaya zat adictif aja. Hahah).Â
Eh, tapi coba deh, kalau lagi weekend dan kamu gabut alias tidak ada kegiatan di rumah, ambil buku yang paling kamu sukai dan hirup aroma per lembaran buku tersebut. Sensasi menenangkan itu rasanya tiba-tiba datang hingga akhirnya kamu sadar "Akhirnya gue ada kegiatan." Seperti sensasi ajakan untuk menikmati isi buku tanpa berniat untuk melepasnya sebelum buku tersebut benar-benar habis dibaca.