Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memandang Realita Pekerja dalam Film "Gringo"

20 April 2018   17:48 Diperbarui: 21 April 2018   09:11 2914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gringo | Foto: http://indiewire.com

Dan ya, hanya sedikit orang yang mau menjadi orang yang sedikit, kan? Keputusan untuk menjadi seorang staf di perusahaan ternama sepertinya adalah pilihan jitu untuk bisa secepatnya pergi ke showroom dan mengajukan kredit mobil lalu diacc.

Jika menjadi seorang wirausaha semua dilakukan sendiri, dari nol namun tiap tindakan didasari dengan kesadaran sendiri, tak ada yang memarahi, maka, menjadi seorang staf di perusahaan bonafit dan menjadi impian sejak jauh-jauh hari, seseorang harus mau bertanggung jawab meski tidak mengetahui secara persis seperti apa kronologis tanggung jawab tersebut.

Tak peduli bagaimana pun, harus diselesaikan. Tidak bisa dan beralasan bukan kesalahan pribadi? Ya, bukankah seorang staf dibayar untuk itu dan untuk dimarahi -- katanya -- ? Jadi korban atas kesalahan orang lain and nobody cares.

Realita Kehidupan Pekerja dalam Film Gringo

Kehidupan seorang staf kurang lebih berhasil digambarkan film Gringo, rasa percaya yang berlebih pada teman yang ternyata menusuknya dari belakang, keluarga yang tak setia, hingga kesadaran atas betapa hidup yang dijalaninya sangatlah bohong.

Hanya saja, dalam film Gringo, alur cerita Harold -- diperankan oleh David Oyelowo -- yang menjadi korban dan mendominasi disampaikan sedikit lebih kompleks dan cukup menegangkan untuk sepenuhnya menggambarkan kehidupan seorang staff perkantoran.

Sedangkan dari sisi seorang wanita, Elanie -- Charlize Theron -- bergerak menghadapi dua orang calon client dengan sedikit mengumbar keseksian demi mendapatkan kata deal atas kerja sama yang mereka tawarkan. Ini yang sering saya tidak setuju ketika mendengar sales-sales atau para jobseeker berujar "Ya sudah, nanti roknya sedikit diangkat pas diwawancarai." Atau "Bolehlah, satu kancing atas dibuka lagi."Please! Itu lagi cari kerja atau (maaf) jual diri? Layakkah harga diri ditukar dengan beberapa tahun gaji di perusahaan yang tengah kita incar? Tidak!

Kepercayaannya pada teman sekaligus rekan kerja pupus sudah ketika Richard Rusk (Joel Edgerton) bersama dengan Elanie menertawakan dirinya dalam sebuah acara makan malam. Rencana yang disusunnya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di perusahaannya termasuk rencana Rusk akan dirinya.

Lagi-lagi kepahitan harus ditelannya ketika istrinya tercinta, seorang wanita yang seharusnya ada di sisinya saat terpuruk, berpaling dan terang-terangan meninggalkannya lalu beralih ke pria lain.

Keterpurukan tak berhenti sampai di sana, rencana Rusk untuk tidak lagi memasok produk pada salah satu konsumennya berujung petaka yang semakin mengancam keselamatan diri Harold. Dirinya menjadi incaran banyak orang demi pundi-pundi uang. Belum lagi, di sisi Rusk, kematiannya justru membawa untung bagi perusahaan.

Genre

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun