Skor telak 3-0 antara Persija Jakarta dan Bali United menutup final Piala Presiden 2018 yang berlangsung Sabtu, 17 Februari 2018 bertempat di Gelora Bung Karno.Â
Perhelatan ini sekaligus mengantarkan Marko Simic yang berhasil menghajar gawang lawan dengan total 11 gol sebagai pemain terbaik sekaligus sebagai topscorer, serta Rezaldi Hehanusa yang berhasil meraih predikat pemain muda terbaik di Piala Presiden tersebut. Sementara, selain sebagai Runner Up Piala Presiden, Bali United memperoleh predikat klub paling fair play.
Euforia tentu masih dirasakan oleh Persija Jakarta termasuk para pendukungnya, atau yang disebut dengan The Jakmania, bergeser dari kebahagiaan tersebut, yang tersisa dari final Piala Presiden 2018 adalah terjadinya kerusakan pada SUGBK.
Kerusakan ini sangat disayangkan oleh semua pihak. Bagaimana tidak? GBK baru saja usai direnovasi dan diresmikan kembali oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Januari 2018 lalu. Renovasi dilakukan selama 16 bulan dengan biaya yang dikucurkan mencapai Rp 770 Miliar.
Renovasi GBK juga dilakukan sebagai bentuk persiapan Indonesia untuk menyambut pesta olahraga ASIAN GAMES 2018 yang akan berlangsung di Jakarta - Palembang, 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018 mendatang. Yang mana persiapan tersebut dihancurkan hanya dalam hitungan jam.
Kerusakan di GBK terjadi akibat kerusuhan yang ditimbulkan oleh suporter. Kerusuhan ini terekam kamera CCTV yang menunjukkan suporter memaksa masuk melalui pintu D stadion yang membuat gerbang otomatis di pintu tersebut rusak. Dari pantauan KOMPAS.com, terlihat beberapa fasilitas yang rusak, seperti di pintu 7b, 5b, dan 9. Sementara bagian dalam, sebuah sekat yang terbuat dari akrilik ambruk di tribun nomor 36 (sumber: KOMPAS.com).
Supporter, kapan kapok?
Masih jelas rasanya kepergian seorang Bobotoh bernama Ricko Andrean, korban pengeroyokan salah sasaran oleh oknum Bobotoh saat laga Persib versus Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Bandung, Juli 2017 silam. Ricko yang merupakan Bobotoh sejati dikira seorang The Jakmania hingga akhirnya dikeroyok dan berujung meninggal dunia.
Selain Ricko, ada beberapa orang yang juga meninggal akibat mendukung klub kebanggaannya. Selengkapnya dapat dilihat di sini. Mirisnya, salah satu korban tersebut bukanlah seorang suporter, melainkan seorang warga yang menjadi korban penyerangan oleh kelompok suporter bola.
Kejadian yang menimpa Ricko rupanya tak membuat kapok di kalangan suporter, kali ini bukan andil dari Bobotoh, namun The Jakmania dan suporter lain yang tak bertanggung jawab, meski tak menelan korban nyawa, kejadian kerusakan GBK merupakan salah satu cerminan betapa menyeramkannya suporter Indonesia.
Kemenangan yang berhasil diraih Persija Jakarta menyisakan pilu pada GBK, bisa dibayangkan bagaimana jika kalah? Asumsi kebrutalan yang berlebih mungkin bisa disematkan pada kelompok supporter ini.
Pagi tadi, saat menonton berita ini, senang sekali rasanya saat mendengar Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno, yang menyatakan agar memberikan sanksi khusus kepada suporter yang terekam CCTV. Dalam hati saya, mah, sekalian atuh, Pak, semua kerugian mereka yang tanggung!
Sikap dan perilaku suporter yang sangat tak layak ini menjadi satu cambuk yang harus diperhatikan penuh oleh orang tua. Maksud hati ingin menikmati permainan klub bola kesayangan, malah kembali jadi (maaf) bangkai akibat kebrutalan yang tak beralasan.
Mau alasan apa? Wong kedua tim yang main, menang kalah aja adem ayem, kok malah supporter yang saling dendam? Bagi saya, ini bukan alasan untuk menunjukkan kecintaan pada tim kesayangan. Bagi saya ini malah menjadi aib yang harus lekas dibersihkan untuk tak mempermalukan tim yang dibanggakan.
ASIAN GAMES 2018 kian dekat, dan salah satu cabang olahraga yang dilombakan adalah sepak bola. Negara mana yang tak ingin mendukung tim kesayangannya? Tentu tidak ada! Begitu juga dengan saya dan jutaan penduduk Indonesia lainnya. Namun mengingat betapa seramnya wajah suporter bola di Indonesia, saya tentu berpikir ratusan kali untuk memastikan diri membeli tiket menonton pertandingan sepak bola nantinya. Barangkali bukan hanya saya.
Saya malah khawatir, saat laga antara Indonesia dan salah satu negara nantinya yang berujung tidak sesuai harapan bangsa ini, menimbulkan kemarahan di hati suporter dan malah beramai-ramai melakukan tindakan kriminal sehingga mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia. Mungkin setelah itu terjadi, baru suporter kapok? Entahlah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H