Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Haunted Hotel" Menyorot Kehidupan dengan beban yang Menggunung

8 Februari 2018   08:01 Diperbarui: 8 Februari 2018   08:06 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haunted Hotel | Ilustrasi: CGV

Film horor terakhir yang saya tonton sembari uji nyali adalah Pengabdi Setan yang tingkat kehororannya, emang "setan" banget. Dari film ini, Insidious The Last Key keluarpun, nyali saya cuit untuk menonton film tersebut dan saya putuskan untuk tidak menontonnya meski penasaran minta ampun.

Minggu lalu, seperti biasa, Komik Kompasiana mengajak penikmat film untuk menikmati media screening film berjudul "Haunted Hotel" di CGV Grand Indonesia. Jika film sebelumnya action, kali ini, Komik Kompasianer menyajikan film bergenre horor.

Sebenarnyaaa, saya sendiri sih engga yakin untuk ikut nonton karena khawatir sesudahnya malah parno-parno sendiri seperti yang sudah-sudah. Namun, karena ada peserta nobar Komik Kompasiana lain yang turut menonton, oke lah yaa, saya coba. Lagi pula, saya penasaran. Begitu emang film horor itu, bikin penasaran sekaligus menakutkan.

Mengambil lokasi syuting di salah satu hotel di Malaysia, film Haunted Hotel, diawal cukup menegangkan karena efek suara yang menurut saya pribadi cukup bikin nyali mulai ciut ya lumayan sampai bikin sedikit teriak. Tapi ya, kembali lagi ke tingkat keberanian diri masing-masing yaaa.

Adalah Ling dan Jun, sepasang kekasih yang ditugaskan oleh perusahaannya ke cabang perusahaan yang berada di Malaysia. Keadaan baik-baik saja hingga mereka menginap di salah satu hotel yang memang kelihatan cukup aneh untuk ukuran hotel.

Bagaimana tidak aneh? Sepertinya bangunan tersebut lebih tepat disebut sebagai gedung tua, bukan hotel. Saat Ling dan Jun menuju kamar 1174, deskripsi hotel tersebut sangat tua, sunyi, suram, gelap, berikut dengan bekas air yang mengering meninggalkan gurat kuning di beberapa sudut hotel menambah kesan seram hotel.

Angka 1174 jika dijumlah adalah 13 yang dipercaya sebagai angka sial. Sejak awal, Ling sudah melihat keanehan-keanehan yang terjadi pada hotel tersebut termasuk penampakan yang hanya dapat dilihat oleh dirinya sendiri. Jun sendiri tidak melihat "apapun" yang dilihatnya..

Benar saja, tak lama berselang, keanehan semakin menjadi dan berubah jadi teror. Berbagai upaya dilakukan oleh keduanya untuk menyelamatkan diri agar keluar dari kamar tersebut adalah sia-sia. Setiap kali mencoba meninggalkan kamar 1174, langkah mereka berujung pada kamar yang sama. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk meninggalkan hotel tersebut di tengah malam dengan kondisi buta rute.

Film semakin klimaks ketika keduanya terjebak di jalanan yang dikiri dan kanannya ditumbuhi pohon sehingga lebih mirip hutan. Jun berinisiatif untuk keluar dari mobil demi mendapatkan bensin meninggalkan Ling. Malang tak dapat dielak, hantu terus mengikuti bahkan menghabisi Jun di atas mobilnya sendiri.

Dari sini, alur cerita film terasa sangat dipaksakan sehingga keseruan dan sensasi menakutkan dari film tersebut berangsur hilang. Saya sendiri sempat merasa jengah karena film mendadak banting setir ke genre fantasi saat adegan di hutan bersama dengan wanita yang mengaku sebagai ibunya dan seorang perawat jadi-jadian.

Misteri dari cerita akhirnya terkuak di akhir film. Ling yang kehilangan Jun mencoba berbagai upaya agar arwah kekasihnya dapat "terlahir kembali" sayang, Ling menjadi korban dalam perjuangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun