Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gempa Guncang Jakarta, Begini Cara Selamatkan Diri Saat Berada di Gedung

23 Januari 2018   15:10 Diperbarui: 23 Januari 2018   19:14 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang tadi (Selasa, 23/01) sekitar pukul 13.30, saat sedang asik berkutat dengan kerjaan, terasa goncangan di lokasi saya bekerja. Tepatnya di Halimun, Setiabudi, Jakarta Selatan. Posisi kantor yang saat ini sedang dalam tahap renovasi dan berdekatan dengan rel kereta api membuat saya berpikir bahwa goncangan tersebut mungkin efek dari kedua hal yang saya jelaskan di atas. Sesekali jika kereta lewat memang terasa ada guncangan, tapi tak lama sudah hilang. Dan getarannya pun tidak terlalu terasa.

Berbeda dengan guncangan yang datang kali ini, sedikit lebih kencang. Saya masih berpikir barangkali di atas ada orang yang sedang lari-lari hingga terasa berguncang hingga ke lantai tempat saya bekerja. 

Pikiran saya mulai tak karuan saat guncangan tak kunjung berhenti. Kok yo lari-lari lama banget? Kok guncangannya makin terasa? Dan benar, rekan kerja dari ruangan yang berbeda juga sudah mulai saling lirik merasa aneh dengan guncangan yang dirasanya masing-masing. Satu per satu mulai berlarian menuju tangga darurat dan teriakan "gempa" mulai membahana.

Benar saja, rupanya gempa berkekuatan 6,4 berpusat di Banten sedang terjadi.

Ilustrasi gempa bumi. Sumber: Detik.com
Ilustrasi gempa bumi. Sumber: Detik.com
Berhasil mengajak pikiran jalan di tengah kepanikan, saya coba selamatkan kunci rumah, dan gadget lalu ikut menghambur ke luar bersamaan dengan rekan-rekan lain dengan dompet yang tertinggal di tas di atas meja kerja. 

Kehadiran gempa bumi atau hal-hal membahayakan lainnya yang kehadirannya sering tak terduga kerap membuat orang kelimpungan dan bingung harus melakukan apa di tengah kepanikan seperti yang baru saja terjadi. Namun, meski dalam keadaan takut dan gemetar sekali pun, tidak ada orang yang akan menyelamatkan diri kita jika bukan diri sendiri, bukan? Semua orang sibuk untuk menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu. 

Dan setelah mengalami hal yang baru saja terjadi, hari ini saya mendapatkan pelajaran ini:

1. Kesampingkan update di sosial media!

Saat lari-lari di tangga, ngelirik sesaat ke ruang kerja di lantai bawah, ada seorang pria dengan wajah yang antara bimbang ingin melanjutkan dokumentasinya atau pergi berlari menyelamatkan diri. Saat itu dia sedang menyorot hp nya tepat ke arah lampu yang memang terlihat goyang.

Ini lucu. Sepenting itukah update di sosial media hingga menomorduakan keselamatan diri? Setau saya di kantor bawah itu tidak ada perusahaan semacam media yang butuh informasi aktual untuk kebutuhan beritanya. 

Hmmm... ya, selamatan diri dululahhh, kalau emang harus, di bawah bisa kok ngevlog, live, atau dokumentasi dalam jenis apa pun itu untuk kebutuhan sosial media. 

2. Jangan panik

Ya, walaupun ini sebenarnya sedikit sulit untuk orang yang mudah panik ya. Tapi, sepanik apa pun kita menghadapi sebuah situasi sulit, akan lebih baik jika kita bisa mengajak diri sendiri bekerja sama untuk menyelamatkan diri. Bagaimanapun, kondisi panik yang ada dalam diri membuat kita lebih sulit berpikir logis dan akhirnya kebingungan untuk mengambil langkah aman. 

3. Ketahui lokasi tangga darurat.

Ketika mendapatkan pelatihan menyelamatkan diri di gedung saat terjadi kebakaran, seseorang dilarang untuk menggunakan lift karena lebih berbahaya. Hal ini juga berlaku saat terjadi gempa. Jika guncangan berujung pada rubuhnya gedung, maka pengguna lift akan terjebak di sana dan kemungkinan untuk diselamatkan lebih sulit. 

4. Tidak berlari di tangga

Ini saya dapat dari seorang Bapak yang sudah cukup berumur di tangga darurat. Dengan tenang beliau mengomandoi kami untuk turun melalui tangga tersebut dan tetap mengumumkan, "Jangan berlari!" saat berada di tangga. Dan saat itu saya belum paham apa maknanya. 

Jumlah orang yang membludak, rasa panik dan keinginan berebut agar lebih dahulu tiba di luar demi menyelamatkan diri tentu menjadi harapan semua orang yang berada di gedung saat itu. Jika sungguh-sungguh dirasakan, hal ini memang terasa membuat tangga bergetar. Saya pikir, artinya beliau meminta kami agar tak rebutan dan lari saat di tangga mungkin karena hal ini. Tangga yang terlalu banyak menerima beban kemungkinan besar bisa rubuh dan bukannya menyelamatkan diri, ini malah membuat korban (CMIIW)

Turut berduka atas gempa yang menimpa saudara-saudara di Banten. Semoga selalui tetap dalam lindungan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun