Begitu pembayaran selesai dilakukan, baru mulai mengecek kembali satu per satu barang yang sudah dibayar.Â
"Inikan tidak butuh, kok gue beli sih?"
"Ini nanti gue pake buat apa ya? Duhh, sayang banget. Kan harusnya bisa buat beli yang lain."
Daaannnn beragam ungkapan kesedihan yang pada intinya mengacu pada satu hal "penyeselan."
5. Susahnya mendapatkan diskon tambahan
Harbolnas identic dengan diskon, mulai dari diskon 10% sampai 95% tersedia di berbagai e-commerce yang turut meramaikan Harbolnas. Namun ada satu yang unik, pada saat membuka detail suatu produk, tak jarang konsumen diberikan tambahan diskon jika telah berbelanja dalam nominal tertentu. Tergiur dengan tambahan diskon yang ditawarkan, alhasil produk yang dibelipun bertambah "yang penting dapat tambahan diskon". Pada saat sudah check out eh, tambahan diskonnya engga bisa dipake. Hahahaha.Â
Atauu.. Sudah berbelanja banyak, begitu ingin memakai diskon yang digadang-gadang akan jadi diskon tambahan terbaik, eh muncul tulisan "Maaf, voucher ini sudah ditukarkan sepenuhnya." Lah, apaan kali? Konsumen mana mau tahu dengan itu, maunya ya diskonnya harus muncul. Engga mau terima ih sama alasan seperti itu. "Masa orang lain dapat diskon tambahan, gue engga?"
Kecewa dengan pemberitahuan voucher yang muncul itu, eh, akhirnya engga jadi belanja. Sadar udah kelamaan nyari produk yang diinginkan, sadar sudah ngabisin banyak kuota, eh akhirnya dibeli juga.Â
6. Foto produk tampak jauh lebih memikat
Ish, ini benar-benar menyebalkan. Kok yo sebelumnya sepertinya foto-foto itu tampak biasa saja gitu. Kok setelah harbolnas jadi beda? Kaya ada manis-manisnya gitu! Eh, malah iklan! Hehehe.Â
Bukan bukan iklan. Faktanya foto-foto produk pada saat Harbolnas memang tampil lebih memikat. Lebih menggoda untuk dibeli. Lebih menonjol seperti sedang berpromosi ria di depan mata "Beli gue, gue manfaatnya banyak. Lipstik lo kan udah mau habis, warna gua emang lo lagi butuh. Ya kalau lo engga butuh juga nanti bisa dijual lagi kan dengan harga lebih mahal?"