Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kolaborasi Balsem Lang, Koin dan Tangan si Mbah

26 November 2017   10:26 Diperbarui: 26 November 2017   10:50 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi peralatan pijit dan kerok sebelum si mbah datang | DokPri

Rasanya sudah dua hari pegal ini coba saya bawa-bawa. Sakit untuk seorang perantau yang hidup dan survive sendiri bukanlah hal yang mudah. Banyak kemungkinan menakutkan yang bisa saja terjadi. Hal terparah dari kejadian tersebut adalah, tidak ada yang mengetahui kondisi dan jika sesuatu tersebut terjadi, taruhannya adalah nyawa yang mungkin saja tak terselematkan.

Selasa 21 November 2017 sore, rasanya badan ini tak mau lagi kompromi untuk melakukan rutinitas sehari-hari. Rasa dingin kuat menggerogoti, namun kondisi badan menunjukkan hal yang sebaliknya, panas. Jika sudah seperti ini, pekerjaan tak lagi jadi prioritas. Matapun berkali-kali melirik tajam, berharap jarum jam lekas berada di angka 5. Namun saat itu waktu terasa lebih lama berputar.

Masih posisi di kantor, saya mengirimkan pesan singkat kepada sederet nomor yang saya dapatkan dari tetangga ketika pertama kali pindah ke domisili yang sekarang. Nomor si mbah. Pemilik raut yang tak lagi muda namun tenaga tak perlu ditanya.

"Mbah, ini Efa. Nanti minta dipijit ya Mbah. Jam 7 saja, makasih Mbah"

Hanya pesan singkat itu yang terpikirkan untuk saya kirimkan ke beliau. Saya pasrah saja jikapun beliau menolak permintaan saya. Karena biasanya, beliau tidak pernah mau menerima "pasien" dari pukul 18.00 WIB ke atas. Kata si mbah "Mbah takut lewat rumah itu. Kan kemarin meninggalnya bunuh diri."

Dan entah Dewi Fortuna sedang berpihak pada saya, tak menunggu lama saya menerima sms balasan yang berisi kesediaan beliau untuk memijit saya. Dan pijitan beliau adalah surga dunia yang tak ada taranya.

Seperti biasa, bahkan sebelum memijit, beliau sudah terlebih dahulu sendawa. Seolah-olah beliaulah yang sedang saya pijit. Lalu dengan mengandalkan koin 'ajaibnya' sayapun mulai menikmati bagaimana setiap angin mulai berkeluaran dengan sendawa.

Hangat sekali, dan tidak lengket. Itulah yang saya rasakan setiap Balsem Lang dioleskan ke punggung. Meskipun terkadang ada rasa sakit di beberapa bagian, namun aroma therapy yang terkandung pada Balsem Lang selalu berhasil menenangkan dan bikin saya nyaman.

Andalan saat kerokan | DokPri
Andalan saat kerokan | DokPri
Oh iya, awalnya, saya selalu berpikir bahwa kerokan adalah sesuatu yang tidak dianjurkan untuk dilakukan. Termasuk ketika melihat teman-teman kuliah dulu saling kerokan. Saya selalu beranggapan saat dikerok, barangkali kulit akan ikut terkelupas. Ihh! Seram.

Ketakutan ini seolah didukung oleh banyaknya tulisan-tulisan yang menyebutkan bahwa kerokan sangat berbahaya bagi tubuh. Bahaya yang dimaksud adalah memperbesar kemungkinan terjadinya masuk angin karena pori-pori kulit terbuka makin lebar, bayi premature pada ibu hamil, dan bahaya lainnya. Termasuk kulit robek seperti yang ada dalam bayangan saya sendiri selama ini.

Seluruh ketakutan itu berhasil dipatahkan dan saya tepis dari pikiran saya ketika mengikuti Nangkring yang diadakan oleh Kompasiana dan Balsem Lang dengan menghadirkan Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo yang telah melakukan penelitian tentang kerokan yang identik dengan kebiasaan masyarakat Indonesia dan masih menjadi pilihan banyak orang ketika sakit ringan dan masuk angin. Sejak itu, saya percaya alternatif pengobatan ini layak untuk digunakan.

Kembali ke urusan kerokan bersama si mbah. Percaya atau tidak, tangan mbah-mbah entah kenapa selalu lebih full power dibanding dengan tangan gadis zaman now. Mungkin karena beliau sudah terbiasa mijit kali ya? Jika dibandingkan dengan pijitan teman saya, sangat tidak ada apa-apanya. Hehe.

Biasanya si mbah selalu membawa koin Rp 1.000 untuk kerokin "pasien"nya, termasuk saya, meski demikian, saya selalu menyediakan koin yang sama untuk berjaga-jaga kalau-kalau beliau lupa membawa senjatanya. Dengan menggunakan Balsem Lang yang hangatnya bikin nyaman, koin inilah yang nantinya akan menggores-gores punggung lalu menghasilkan pola yang sesuai selera si mbah. Pembuatan pola kerok dipunggung oleh koin dipadu dengan tenaga tangan si mbah membuat urusan kerok dan pijit lebih terasa.

Seusai dikerok, biasanya si mbah selalu melanjutkan untuk pijit seluruh badan. Katanya, biar anginnya keluar semua. Dan benar saja setiap kali dipijit, kami berdua selalu bergantian sendawa. Hihihi.

Selama kurang lebih dua jam menikmati kolaborasi Balsem Lang, koin dan tangan si mbah, rasanya badan lebih ringan. Lebih nyaman untuk digerakkan.

Nah, untuk mereka yang nyalinya tak sebesar badan saat berhadapan dengan jarum suntik, kerokan ini bisa menjadi pilihan. Selain harganya yang relatif murah, anginpun berhambur keluar dan kondisi badan lekas pulih.

Tidak perlu khawatir, kerokan itu aman kok. Sedikit-sedikit, jangan minum obat yaaa.

Depok, 26 Nov 2017

Efa Butar butar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun