Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

The Power of Believing: Ketemu Nemo, Sampai Informasi Menuju Pahawang

25 Maret 2017   18:54 Diperbarui: 26 Maret 2017   03:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku membaca beberapa blog yang membahas mengenai keindahan bawah air yang terdapat di Pulau Pahawang, Lampung. Begitu juga postingan foto dengan spot-spot menakjubkan di Instagram. Ada beberapa caption yang memang memberikan penjelasan detail mengenai foto, termasuk di dalamnya akses menuju ke lokasi, pulau yang dituju berikut pulau-pulau terdekat dengannya, lama perjalanan, mudah tidaknya perjalanan menuju ke sana, estimasi biaya yang dibutuhkan dan yang pasti hasil yang diperoleh. Kebanyakan sih mengaku puas. Apa yang didapat, sepadan dengan apa yang telah dikorbankan untuk menuju ke sana.

Saat ini, lokasi ini menjadi incaran banyak orang untuk dikunjungi, terutama anak-anak muda. Istilahnya, “Tempat hits”. Bukan hanya anak-anak muda setempat, melainkan juga dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Dari beberapa postingan yang aku baca, mereka datang sengaja untuk menikmati keindahan alam Indonesia, tapi ada juga yang datang ke sana hanya karena ikut-ikutan teman, ada juga yang memang pure pingin ketemu, Nemo. Iya, ikan cantik dan lucu yang ada di dunia bawah air Pahawang. Eh, ada juga yang ingin menepati janji pada dirinya sendiri HARUS KE PAHAWANG. Salah satunya adalah Aku. Hehehe.

Untuk yang satu ini, aku setuju dengan salah satu kalimat yang Trinity ucapkan pada film Trinity The Nekad Traveller “Ketika kamu menginginkan sesuatu, alam semesta seakan mendengar dan membantu mewujudkannya.” Dalam film ini, Trinity juga punya yang namanya Bucket List, yaitu list hal-hal yang ingin dia lakukan sebelum mati. List ini ditulis dalam sebuah buku yang mirip buku harian, tapi ya itu, diberi nama Bucket List. – Menulis itu ibarat Doa, kita tulis dan semesta mengamininya – Trinity.

Jadi ceritanya, dulu aku menghabiskan beberapa tahun waktuku di Bandar Lampung untuk kuliah. Lampung sendiri terkenal dengan banyaknya destinasi wisata alam di dalamnya. Mulai dari pantai-pantai yang berbeda-beda keindahannya, laut yang beragam warnanya (maksudku, kamu silahkan datang sendiri dulu ke salah satu lautnya Lampung dan buktiin sendiri kebenaran tulisanku. Setidaknya satu laut ada 3 warna – ya iyalah beda warna sesuai tingkat kedalaman laut dan biota yang hidup didalamnya. Hahaha), air terjun, dan masih banyak panorama alam lain yang bisa kamu nikmatin di sana. Sayangnyaaa, selama di Lampung, aku sepertinya menjadi salah satu warga yang kurang beruntung karena belum sempat menjelajahi keindahan-keindahan alam tersebut.

Enam tahun yang lalu, istilah travelling belum seperti semenarik istilah travelling sekarang. Aku bersama teman-teman sebenarnya sudah menjelajahi beberapa lokasi yang bisa kami jangkau dengan bermodalkan sepeda motor saja, namun itu hanya menjadi konsumsi pribadi. Belum ada terpikirkan untuk berbagi cerita mengenai keindahan lokasi yang kami datangi, apalagi berbagi informasi tentang bagaimana menuju ke sana.

Oke, lupakan tentang betapa kurang beruntungnya aku karena sekarang aku tengah berupaya untuk membayar semua waktu yang berlalu di sana tanpa meninggalkan jejak kaki. Satu per satu destinasi wisata itu kusimpan rapat-rapat dalam imajinasi dan harapanku. Target pertama: PULAU PAHAWANG dan SNORKLING DI SANA!

Mungkin ini terdengar sedikit berlebihan, tapi faktanya, di salah satu sudut kamar kostku, ada beberapa destinasi impian yang memang sangat kuidamkan. Aku sengaja menempel di sana sejajar dengan tempat tidur. Jadi ketika aku akan tidur dan baru membuka mata dari istirahatku, aku bisa mengingatkan diriku akan impianku. Menyemangatiku untuk melakukan yang terbaik dalam hari hariku. Salah satu yang tertempel di sana adalah gambar seseorang yang tengah snorkling di Pahawang. Gambar itu bukan gambar seseorang yang spesial buatku, gambar itu hanya kuambil dari google, kucetak lalu kutempel rapi. Yang spesial dari sana hanya, aku bisa membayangkan bahwa orang itu adalah aku yang tengah menikmati keindahan bawah laut Pahawang, bermain bersama ikan, melihat karang, serta Nemo yang kata mereka sangat lucu.

Aku menepis fakta bahwa aku tidak begitu mahir berenang. Aku hanya meyakinkan diriku, kelak aku akan ada di sana. Satu sisi, kalau mau jujur sih ya karena tengsin. Setelah pindah dari Lampung dan kerja di Bekasi, teman-teman kantor pada nanya “Udah pernah ke Pahawang?” terus aku jawab “belum”. Padahal beberapa teman yang tidak tinggal di Lampung sudah lebih dahulu berkunjung ke sana. Ish, malu. Kesel. Sebel sama diri sendiri. Hahahah

Gambar itu aku tempel tanggal 4 Desember tahun 2016 lalu. Aku belajar untuk terus percaya bahwa kelak semua destinasi impian ini akan segera kucentang pertanda aku telah menginjakkan kakiku di sana. Sampai akhirnya pada tanggal 10 Maret 2017 lalu, salah satu komunitas yang kuikuti berencana ke sana. Engga perlu mikir panjang, aku langsung mendaftarkan diri. Hehehe.

Nah, ini salah satu keuntungan bergabung dengan komunitas. Selain kamu punya banyak teman, kamu bisa mengasah hobimu dengan saling belajar satu sama lain, kamu tidak akan ketinggalan informasi apapun apalagi jika punya teman yang up to date banget mengenai berita, dan yang paling menarik adalah kamu punya teman untuk travelling. Banyak sih sebenarnya manfaatnya. Tapi dalam case ini, buatku yang paling menarik adalah aku memiliki teman untuk travelling. Hehehe.

Yep, 12 Maret 2017, sekitar pukul 10.00 WIB, aku menginjakkan kaki di KETAPANG PORT, PESAWARAN. Tempat penyeberangan menuju Pahawang dengan menggunakan perahu yang ditempuh selama kurang lebih satu jam. Hehehe. The Power of believing, right?. Aduh, rasanya jangan ditanya. BAHAGIA pake banget! Norak? Bodo amat, namanya juga lagi nikmatin mimpi yang jadi nyata. Hahahah.

Berhubung sekarang otakku lagi pingin banget jalan-jalan, aku sering cari-cari referensi bagaimana menuju ke tempat yang ingin aku kunjungi. Sayangnya, tidak semuanya bisa aku temukan. Tidak jarang aku hanya menemukan bagaimana keindahan lokasi itu saja tanpa berbagi informasi bagaimana caranya menuju ke sana. Termasuk itu rute yang harus ditempuh, naik apa dan bagaimana kondisi selama di perjalanan.

Nah, karena salah satu impianku sudah terpenuhi. Rasanya tidak salah jika aku berbagi kebahagiaanku melalui sharing informasi ini kepada teman semua. Informasi yang aku maksud adalah seperti yang kukatakan di paragraf sebelumnya. Bagaimana perjalanan menuju ke Pahawang, lama perjalanan, sebaiknya menggunakan apa, dan yang pasti apa yang akan kalian dapatkan di sana..

Menuju Pawahang
Jam 07.30 WIB, kami berkumpul di titik kumpul yang telah disepakati sebelumnya di daerah Kemiling. Biasalah, Indonesia. Ngaret adalah sesuatu yang sudah mutlak terjadi dan harus dimaklumi. Hehehe. Kurang lebih 30 orang (aku tidak ingat jumlah pasti pesertanya sih, soalnya otakku sudah fokus ke Pahawangnya. Heheh) akhirnya terkumpul sudah. Sekitar pukul 09.00 WIB, perjalanan dimulai.

Kami tidak membawa kendaraan pribadi walau sebelumnya, ada salah satu teman yang menawarkan diri untuk menggunakan mobil pribadinya saja. Kami tolak dengan alasan kasihan jika dia yang mengendarai mobil sementara yang lain bisa seru-seruan selama perjalanan. Kamu tahu kan, kisah sebuah perjalanan tidak terdapat hanya di tempat tujuan saja? Selama perjalanan menuju ke sana juga bisa kita kondisikan untuk membuat cerita perjalanan lebih indah dan lebih seru. Akhirnya kami sepakati untuk menyewa dua unit angkot untuk kami gunakan penuh dari pagi hingga acara usai. Supirnya sendiri adalah si pemilik angkot tersebut.
Biaya yang kami habiskan untuk dua angkot yang kami sewa adalah sebesar Rp 560.000, atau sebesar Rp 280.000 per angkot.

Perjalanan kami awali dengan Doa. Menyerahkan semua yang akan terjadi hari ini kepada Sang Pencipta agar segalanya diberi kelancaran hingga kembali ke rumah masing-masing nantinya. Diangkot yang aku tempati, itu hanya ada 7 orang penumpang (semuanya wanita) dan satu orang supir (Pria, of course). Sisanya ada di angkot lainnya. Jangan tanya kenapa, aku juga engga tau. Mungkin pada doyan sempit-sempitan. Hahaha.

Kami berangkat dari Kemiling menuju arah Lembah Hijau yang juga menjadi destinasi libur yang cukup menyenangkan. Lurus terus menuju ke Citra Land yang sedang dalam pembangunan. Di Citra Land ini sendiri, banyak orang yang berhenti khusus hanya untuk berfoto di sana. Kalau kamu juga tertarik, silahkan saja.

Sekitar kurang lebih 30-40 menit, kamu akan bertemu dengan pertigaan. Untuk menuju Pahawang, kamu silahkan lurus saja. Jika kamu belok kiri, itu menuju tempat yang bernama Teluk. Kurang lebih setengah jam lagi, kamu akan tiba di Ketapang. Tempat penyebarang menuju ke Pahawang. Total perjalanan menuju ke Ketapang hanya sekitar kurang lebih satu jam. Kemarin ketika perjalanan kebetulan tidak begitu macet. Walau jalanan sedikit berlubang, tidak menjadi kendala bagi kami untuk tiba tepat waktu di Ketapang.

Satu jam perjalanan yang kami gunakan ini juga sudah termasuk dengan berhenti hingga beberapa menit membeli air mineral untuk cadangan selama di lokasi.
Di Ketapang Port Pesawaran, kamu bisa menitipkan mobilmu. Tenang saja, dijamin aman kok. Oh iya, untuk kamu yang pingin banget menikmati dunia bawah air seperti aku, siap-siap rebutan untuk sewa peralatan snorkling di Pewasaran Port ini ya. Sewa peralatannya sendiri langsung sepaket. Kacamata renang+selang selam, kaki katak, dan Life Jacket.
Peralatan ini bisa langsung kamu bawa menuju ke Pahawang dan akan dibayar setelah kamu kembali dari sana. Artinya, peralatan ini bisa kamu gunakan seharian dengan harga HANYA Rp. 35.000 saja/paketnya, lho. Murah banget kan? Tapiiii, jangan sampai tertinggal ya, apalagi hilang. Karena itu adalah tanggung jawabmu sendiri sebagai penyewa. Kalau hilang, wah, mau tidak mau kamu harus bayar sesuai dengan harga masing-masing benda yang kamu hilangkan.

Jika peralatan snorkling kamu dan teman-temanmu sudah siap. Pastikan lagi mobil kamu sudah aman berikut dengan kuncinya ya. Jika semua sudah clear, saatnya berburu perahu yang akan kamu sewa menuju ke pulau Pahawang.
Kemarin, kami berhasil mendapatkan sebuah perahu dengan harga Rp. 400.000 untuk setiap perahu. Jadi total Rp 800.000 untuk dua perahu yang kami sewa. Untuk kamu yang ingin menyewa perahu tapi tidak bisa nawar, sepertinya lebih baik kamu serahkan tugas ini kepada teman kamu yang ahli dalam hal menawar. Biasanya sih, wanita. Tapi jangan menawar di harga yang sangat rendah ya. Bukannya dapet perahu, kamu mungkin malah dapat omelan dari pemilik perahunya. Disuruh berenang sendiri aja biar gratis. Hihih. Engga mau dapet yang begini kan? Lagipula, perahu yang kamu tumpangi itu, nantinya akan menemani kamu seharian penuh. Dari mulai tiba di pulau Pahawang, mengantarmu ke spot-spot terbaik untuk snorkling, hingga kembali ke Ketapang Port Pesawaran. Itu harga sih udah all in one. Tapi jika kamu bisa dapat harga yang lebih murah lagi, ya kamu beruntung. Hehehe.

Menyebrang Ke Pulau Kelagian Lunik
Alat snorkling clear, perahu clear. Saatnya menyeberang!
Kemarin, lebih tepatnya sih kami menuju pulau Kelagian Lunik. Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, perjalanan yang ditempuh kurang lebih satu jam. Selama satu jam itu pula, kamu bisa menikmati pemandangan yang engga akan pernah kamu dapetin di kota.

Engga tau sih bagi teman-teman yang lain, tapi untuk aku sendiri, saat itu rasanya ademmmmm banget. Teduh. Tenang. Dimana-mana hanya hijaunya bukit, birunya laut, putihnya pasir di pantai yang sesekali kami lewati dan suara kecipak air yang bertubrukan dengan perahu. Kalau saja alam bisa dipeluk, pasti bakal gue peluk deh. Duhhh, seneng pokoknya!
Ketika yang lain sibuk swafoto (buat kamu yang belum tau, swafoto itu bahasa Indonesia dari kata selfie yang sering kita ucapkan ya. Aku juga sebenarnya baru tau, sih. Hehehe. Itung-itung berbagi informasi) dan foto beramai-ramai, aku lebih memilih mengabadikan foto-foto mereka secara diam-diam. Soalnya kalau difoto pada sadar kamera, semua hasil bidikan kamera pasti pada bagus. Kalau begini, engga ada yang bisa aku ketawain. Hehehe.

Tidak munafik, aku juga sibuk mengabadikan view yang aku temukan dalam perjalanan selama di laut. Dan foto diriku sendiri. Hehe. Setelahnya, untuk hemat baterai, aku memilih untuk ngemil dan menikmati panorama yang menenangkan ini.

Buat kamu yang mabuk laut, please ya... minum obat dulu sebelum naik perahu! Walaupun mungkin muntahan kamu bisa jadi makanan buat ikan-ikan di sana (ewwww) tapi aku PALING GA SUKA berhadapan dengan orang yang muntah. Dan aku pikir, opini ini juga berlaku untuk banyak wanita lain di luar sana yang tidak berprofesi dibidang kesehatan.

Oh iya, satu lagi. Buat kamu yang pasti ENGGA BISA BERENANG! Tolonglah untuk tau diri. Kita juga harus ada waspada just in case something happens di tengah laut yaaa. Naik perahu itu, kamu tidak diberikan apapun untuk pengamanan diri kamu. Catet, APAPUN! Jadi kalau kapal tiba-tiba tenggelam atau terjadi kecelakaan lainnya di tengah laut (amit-amit) kamu ENGGA akan bisa NYELAMETIN DIRI. Yang ada, kamu jatuh dan good bye! Iya kalau ada yang nolong, kalau tidak? Iya kalau ada yang bisa berenang? Kalau tidak? Jangankan mengapung, nyentuh air sedikit aja, kamu mungkin sudah panik. Dan salah satu penyebab orang tenggelam setauku adalah panik.

Untuk kasus ini, aku saranin kamu juga sewa peralatan snorkling. Walaupun mungkin kamu tidak akan menggunakan kacamata+selang selam berikut dengan sepatu kataknya, setidaknya selama menyeberang, kamu bisa menggunakan life jacket untuk menjaga dirimu tetap mengapung.

Tiba Di Pulau Kelagian Lunik

Tadaaa.... Here we are! Akhirnya gue menginjakkan kaki di pulau Kelagian Lunik.

Lho, kok Kelagian Lunik? Katanya cita-citanya mau ke Pahawang?

Yap, Kelagian Lunik itu adalah salah satu Pulau yang lokasinya berdekatan dengan Pulau Pahawang. Karena sudah membaca banyak banget ulasan mengenai Pahawang, dan pernah baca kalau salah satu destinasi yang dituju ketika berada di Pahawang adalah Kelagian Lunik, aku memutuskan untuk ikut. Toh, untuk snorklingnya kami tetap akan dibawa ke Pahawang.

Begitu kapal menepi, kami disambut oleh pasir putih yang lembuuuuttt banget. Juga disambut oleh petugas di sana yang siap untuk meminta biaya masuk perahu di pulau Kelagian Lunik sebesar Rp 25.000 per perahu.

Di pulau ini, ada saung yang bisa kamu gunakan untuk berteduh atau tempat meletakkan barang-barang kamu dan kelompok liburanmu. Setauku sih, gratis. Karena hingga kami keluar dari pulau tersebut, tidak ada petugas-petugas atau warga setempat yang datang mendekat untuk meminta sewa saung tersebut. Saat itu, kami menggunakan dua saung sekaligus.

Di sana juga sudah tersedia kamar bilas sekaligus toilet. Ada lima pintu kalau tidak salah. Cukup bersih dan terawat dan yang paling penting, engga bau! Untuk ke kamar mandi ini, biaya yang dikenakan sekali masuk adalah sebesar Rp 3.000. berhubung kemarin kami datang rombongan, kami diminta untuk mengumpulkan uang sewa kamar mandir Rp 5.000 per orang. Biaya Rp 5.000 ini bisa digunakan bolak-balik ke kamar mandi tanpa perlu bayar lagi dan tidak peduli berapa kali kamu akan menggunakan fasilitas tersebut. Hanya perlu mengucapkan passwordnya saja “Dari Rombongan” Hihi. Lucu ya?

Untuk kamu yang engga pingin punya kulit belang atau kecokelatan, siapin sunblock kamu ya, karena cuaca memang cukup menyengat. Walaupun kemarin tiba di Kelagian cuacanya hujan, tapi tetap aja suhu di sana terasa sedikit panas.

Kalau kamu mau langsung berenang, sah sah saja. Atau mau jalan-jalan dulu sama gebetan atau pacar? Boleh. Tempatnya romantis sih menurutku, bikin baper. Kenapa? Dari mulai lembutnya pasir, pemandangan yang biru dan tenang, suara ombak kecil yang berkejaran serta semilir angin buatku suasana seperti itu saat berjalan berdua sama pacar sepertinya cukup. Sayangnya kemarin engga ikut. Hahaha. Itu menurutku, engga tau pendapatmu. Hehe.

Kalau aku sendiri, begitu selesai acara dengan komunitas, aku langsung memisahkan diri dan mencoba mencari spot-spot terbaik untuk swafoto. Hehehe. Begitu bosan dengan foto sendiri, aku memanggil temanku untuk kufoto. Dan yaaa, itu berlangsung hingga beberapa jam. Sebagian ada yang langsung mendudukkan dirinya dan sibuk bermain pasir, ada juga yang langsung mandi-mandi di bawah terik matahari. Mantapppp

Nah, selesai makan siang, Mas Nelayan (Sebutannya apa ya untuk si pengemudi perahunya? Nelayan bukan? Anggap saja dulu Nelayan ya. Hihih) biasanya langsung nyamperin ketua komunitas untuk memberitahu jam keberangkatan menuju spot snorkling.

Yang sudah menyewa peralatan snorkling, bisa siap-siap dengan alatnya masing-masing dan tepat pukul 14.00 kami berangkat menuju spot yang disarankan si Mas Nelayan. PAHAWANG!

Hanya perlu waktu sekitar kurang lebih 30 menit, kami tiba di spot snorkling yang dimaksud. Semua peralatan sudah dipakai sebelum tiba di lokasi. Begitu tiba di lokasi, engga ada yang mau nyemplung! Hahahaha.

Berhubung laki-laki yang ikut hanya dua orang, mau engga mau, keduanya kami paksa untuk turun lebih dahulu. Lalu disusul satu per satu wanita-wanita energik dengan jeritan-jeritan maha dahsyatnya.

Snorkling Di Pahawang!
Yayyy! Kataku juga apa? Yakini apa yang kamu mau dan percayalah cepat atau lambat itu akan terjadi. Itu sebabnya, mulailah isi kepala dan hatimu dengan berbagai hal positif yang akan terjadi suatu hari nanti.

Aku ada di sini. Di perairan Pahawang bersama dengan banyak pengunjung untuk tujuan yang sama. Kami berada di tengah laut. Berenang menyatu dengan alam menikmati keindahan yang ada di dalamnya. Yes, my dream comes true!.
Oke, cukup dengan ketakjubanku akan the power of believing. Mungkin karena baru pertama kali, pakai peralatannya jadi agak kagok. Perlu beradaptasi. Seperti, kacamata yang aku pilih, sebenarnya diawal aku sudah pilih yang pas dengan ukuran kepalaku. Entah itu karena terlalu bersemangat untuk nyelam, kok setelah mau masuk ke laut malah longgar ya? Atau karena hidung engga mancung-mancung banget? Entahlah. Yang pasti, ini juga sempet jadi trouble, air laut asin itu masuk ke dalam kacamataku dan mataku mulai perih. Akhirnya aku mendekat lagi ke perahu dan minta tolong teman yang masih di perahu untuk melap kacamata tersebut hingga kering.

Trouble kedua. Ketika sudah milih alat di Ketapang Port, kami diajari untuk bernafas melalui mulut ketika menyelam nanti. Nah, aku nyoba tuh nafas dari mulut, eh airnya malah masuk semua ke mulut! Hahaha. Belakangan aku ketahui, rupanya ujung selangnya ikut nyemplung juga ke air lautnya, ya iyalah masuk.

Trouble ketiga. Sepatu kaki katak. Saat kupakai dan aku nyoba untuk gerakin kaki di air kok malah nyangkut-nyangkut? Hmmm... benar-benar bikin engga nyaman deh. Ya itu tadi, mungkin karena engga biasa. Akhirnya sepatunya kulepas dan kutinggalkan di perahu. Toh ada life jacket yang bikin tetep ngapung, kan?

Lama lama kesel sendiri. Kenapa rasanya susah banget padahal ngeliat orang lain sepertinya gampang-gampang saja berenangnya? Aku mulai cemburu. Tapi tetap mengendalikan diri. Bagaimanapun, aku punya keinginan untuk memiliki foto underwater bersama dengan tulisan yang ada di dasar laut Pahawang tempat kami snorkling itu.

Lama-lama ya emang bisa. Kuncinya jangan panik! Nah, setelah aku memastikan diriku sudah mulai bisa, aku mengeratkan kaitan life jacket dan mulai berkeliling berenang sendiri mencari tau benarkah bawah laut itu benar-benar indah?

Ah iya, itu dia! Tulisan “Selamat datang di Wisata P. Pahawang”. Tulisan itu sendiri ditulis pada sebuah batu besar dengan bentuk Siger di bagian ujung batunya. Disinilah biasanya para penyelam mengabadikan dirinya bersama dengan tulisan tersebut. Dalam hati “Gue harus foto di situ! Engga peduli gimana caranya, HARUS FOTO DISITU!”
Ternyata, untuk bisa mendapatkan foto berikut dengan tulisan itu, life jacket harus dilepas dan menyelam cukup dalam. Nah lho! Aku engga bisa. Engga bisa! Tapi pingin! Duh, temen-temen ini bahaya ya. Jangan memaksakan diri kalau bertujuan untuk pamer di sosmed doang padahal kamu sendiri sebenarnya engga bisa berenang. Aku sendiri memaksakan diri bukan untuk pamer, tapi untuk mewudjukan impian yang hampir tiap hari kulihat dari gambar yang kutempel. Walaupun setelahnya, foto itu memang sempat kugunakan jadi Display Picture BBM. Hehe.

Aku mulai mengalahkan rasa takut dan mulai muter otak gimana caranya biar bisa nyelam + foto + engga tenggelam gara-gara foto doang, alias mati konyol!. Senyum-senyum sendiri, aku mendekat ke salah satu teman yang kebetulan jago berenang. Minta tolong padanya untuk memegang sebentar life jacketku dan jangan jauh-jauh dari lokasi batu tersebut. Jadi begitu aku mulai “kalap” aku bisa langsung tarik itu life jacket. Oke aku coba.

“Satu... Dua... Tiga...” Begitu aba-aba dimulai aku dan teman yang akan mengambil gambar mulai sama sama nyelam tanpa menggunakan life jacket. Aku pegangan kuat sekali pada ujung batu. Kuat sekali. Takut tenggelam. Begitu masuk ke air, yeyyyy, AKU KETEMU NEMOOOO! Iya, si ikan lucu. Banyak banget. Akhirnyaaa....

Hasil foto sih engga begitu bagus. Hanya dapat gambar siger saja tanpa ada tulisannya. Sudahlah, yang terpenting aku memang sudah menginjakkan kaki di sini. Sudah foto, sudah ketemu Nemo, dan tada... Gambar yang tertempel di kamar siap untuk diceklist!

Setelahnya, aku menggunakan kembali semua peralatanku dan berenang ke berbagai arah untuk menikmati pemandangan di sana. Aku sengaja bawa roti tawar yang kugenggam dalam kepalan tanganku. Aku engga tau sih, tindakan ini salah atau tidak (Kalau salah, tolong dimaafkan karena aku benar-benar engga tau) tapi melihat ikan-ikan itu berebutan makanin roti-roti yang aku bagi-bagi sambil berenang rasanya bahagiaaaaaa banget.

Aku juga ngeliat ikan yang berukuran sedang mirip Zebra. Bedanya, warna tubuhnya biru list silver gitu. Engga tau itu ikan apaan. Tapi bagus banget. Aku suka ngeliatnya. Terus, aku juga ketemu sama bintang laut, bedanya, bintang laut yang aku lihat warna biru dan ukurannya cukup besar.

Pokoknya, kamu engga akan pernah nyesal pergi ke sana. GUE JAMIN! Apa yang kamu keluarin untuk kesana pasti akan terbayar setelah nyatu dengan alamnya. Yang pasti, aku sangat menikmati keindahan ini. Aku rasa, kalau kamu juga pecinta alam, kita akan merasakan hal yang sama.

Mendekati pukul 16.00 WIB, satu per satu mulai kembali menaiki perahu. Baik untuk istirahat dan minum. Nah, kalau tiba-tiba ada warga setempat yang naik perahu mendekati perahumu, itu mau minta “Uang Spot” namanya. Hanya Rp 20.000 kok per kapal. Dan harus dibayar ya! Bagaimana pun, kamu engga akan bisa nikmatin pemandangan di sana jika mereka tidak menyiapkannya kan?

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, sesuai perjanjian dengan Mas Nelayan, kami kembali ke Ketapang Port Pesawaran berasama lelah yang membahagiakan. Eits, kalau sudah masuk ke lautnya Lampung, jangan bertindak berlebihan ya kalau anggota tubuhmu ada yang terluka. Itu sudah lumrah terjadi. Bahkan, sepertinya kalau engga luka sampai berdarah, belum afdol dari laut. Yang penting lukanya bukan luka besar yang fatal atau luka dalam hati mungkin. Hahaha

Kembali Ke Ketapang Port Pesawaran
Sekitar 16.40 kami tiba di Ketapang Port. Mengembalikan semua peralatan yang kami pinjam ke si pemilik sembari membayarnya lalu mengantri di depan kamar mandi untuk membasuh diri dan bersiap pulang.

Sementara mengantri, beberapa memutuskan untuk makan karena ternyata menyelam juga cukup menguras energi yaaa? Heheh. Oh iya, perlu aku sampaikan juga nih, saat mau menuju lokasi snorkling, pastikan bawa air mineral ya. Karena kamu pasti akan membutuhkannya baik di tengah acara selam menyelam maupun seusai menyelam. Engga mungkin minum air lautkan ketika haus? Engga apa-apa sih kalau kamu bisa, kami kebetulan engga ada yang bisa. Hehe.

Bersiap pulang, kami membayar uang parkir Rp 10.000 per mobil. Lalu perjalanan pulang dihiasi dengan muntahan satu orang teman yang masuk angin. Kelamaan di air mungkin. As i said, satu orang muntah, maka hal yang sama pada saat yang sama akan menjalar ke orang yang ada di sekitarnya. Begitu satu orang menunjukkan tanda-tanda akan muntah, gue cabut buru-buru pindah ke depan di samping supir. Engga mau ketularan. Begitu di depan, suara-suara itu semakin ramai terdengar. Hahaha.

Ini kisahku, semoga ada informasi yang bermanfaat untuk pembaca, ya.

Nah, list berikutnya yang sangat ingin kujajaki adalah PULAU PISANG dan MALDIVES! Serius, walaupun engga tau kapan, gue SANGAT YAKIN AKAN SEGERA mengunjungi kedua tempat ini. The power of believing, huh? Bukankah semesta mendengar apa yang kita inginkan? Tetaplah percaya!

PULAU PAHAWANG dan SNORKLING DI SANA? MISSION COMPLITED!

Sampai ketemu dalam perjalananku yang lain!

Salam
Awan Kumulus
Bekasi, 25 Maret 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun