Ilustrasi: okupasi.com
Sales? Pleaseee jangannn! Gue malu.
Segepok brosur di tangan, panas-panasan di jalan, tahan malu dengan memaksakan seulas senyuman di bibir walau hati, pikiran bahkan jiwanya sendiri lelah. Menelan kesal ketika ditolak mentah-mentah bahkan untuk menerima brosur (tentu saja masih harus tetap senyum), tekanan dari banyak sisi, target menanti di setiap harinya, rombak habis-habisan cara bicara hingga penampilan, menyesuaikan tampilan dengan semua tempat yang akan dikunjungi untuk presentasi serta sederet tantangan lain yang memang terasa sangat berat untuk dilakukan.
Tak banyak, namun selalu ada yang menerimanya. Bergumul untuk mengalahkan ego dan gengsi. Tertantang untuk mengalahkan tantangan dan naik ke permukaan lalu menjadi pemenang. Menelan semua cemooh yang ditujukan kepadanya. Â Dan yaaa.... Rentetan ini lah yang menjadi alasan utama kebanyakan para mahasiswa fresgraduate menolak mentah-mentah pekerjaan Sales. Termasuk mahasiswa yang sudah lama menganggur dan belum mendapatkan pekerjaan. Â Sepertinya menganggur adalah pilihan terbaik baginya daripada harus menjadi sales.
Kenalkah Anda dengan Merrya Riana? Sudah tahu tentang kisah hidup Beliau yang menghabiskan waktu di jalanan dengan bergepok-gepok brosur di tangan dan banyak usaha lainnya untuk memunculkan bisnisnya ke permukaan? Bagaimana pendapatmu tentang Merry Riana sekarang? Dengan julukan motivator wanita pertama di Asia dengan banyak staff untuk memajukan bisnisnya?
Atau Kolonel Harland Sanders pendiri sekaligus pemilik resep KFC yang ditolak, ditertawakan dan diremehkan banyak orang sampai ribuan kali? Hingga saat ini, ada banyak sekali KFC bisa kita temukan bukan? Bagaimana pendapatmu tentang itu? Ada berapa juta orang yang berhasil diselamatkan oleh Beliau dari julukan pengangguran?
Bukan hanya Merry Riana dan Kolonel Harland Sanders, ada banyak sekali pengusaha yang belum muncul ke permukaan yang mengawali usahanya dengan marketing ataupun menjadi sales. Bukankah sesuatu yang baru harus diberitahu sebanyak-banyaknya pada orang lain? Sejalan dengan pengumuman melalui berbagai media, perbaikan demi perbaikan terhadap produk bisa dilakukan untuk memaksimalkan kualitas.
Sejak kemarin, Sabtu 7 Mei 2016 saya sudah mulai gencar untuk menyebarkan kehadiran THE RING COFFEEÂ melalui berbagai media sosial, marketing mulut ke mulut, taster ke teman-teman hingga pemberitahuan melalui email ke banyak calon customer yang menurut saya adalah prospek. Dari 20 email yang saya kirimkan hari ini, Â saya mendapat telepon masuk selang 10 menit setelah email dikirimkan dari salah satu hotel bonafit di Bekasi di daerah Harapan Indah. Yes. I did it!
Saya belajar untuk berani dari orang-orang yang luar biasa di atas. Saya belajar untuk mencari jawaban ketika saya memiliki pertanyaan. Saya masih ingat bagaimana bosannya saya dengan rutinitas pekerjaan hingga hampir membuat saya mengundurkan diri. Saat itu saya bertanya pada diri saya sendiri, "Inikah yang kamu mau? Apa kamu tidak bisa menunjukkan taring dengan caramu sendiri?" Hingga ide untuk menuntaskan apa yang selama ini ada dalam benak saya muncul kembali "DreamLand Cafe"Â Lalu dengan sendirinya hati itu berbisik "Ayo kita coba!"
Kemarin saya belajar menjadi seorang marketing. Seorang sales. Bedanya, saya muncul ke hadapan mereka dari balik layar, bukan datang dengan brosur di tangan. Atau hal ini mungkin saja akan terjadi jika customer menginginkann saya untuk melakukan hal tersebut. Tidak masalah, saya bahkan sangat menantikan hal ini untuk menantang kemampuan bicara saya di depan sebuah forum dengan taruhan harga diri serta impian saya sendiri.
Betul saja, saya belajar bahwa setiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Mereka bisa memilih untuk membeli Kopi saya atau tidak. Lebih sederhananya lagi, mereka bisa memilih untuk membaca email penawaran harga yang saya kirimkan atau tidak. Dan saya tidak bisa memaksakan itu kepada mereka.