Â
"Ya udah ya udah buruan, Bu, turun! Huuuu ngerepotin aja, lo!"Â
Â
"Lo yang ga pake otak!"Â
Â
Perdebatan yang cukup menyita perhatian namun tidak diperhatikan oleh kedua belah pihak. Merasa benar dengan keputusannya masing-masing. Bus melaju cepat setelah sang Ibu turun. Kondektur kembali dengan tugasnya meminta ongkos pada tiap penumpang yang baru saja naik.
Â
Seorang wanita bertubuh mungil terjebak di antara barisan penumpang lain yang lebih memilih berdiri di antara spasi kecil bangku untuk segera tiba di tempat yang dituju. Tangannya sibuk merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Sesaknya bus membuatnya sedikit kesulitan untuk mendapatkan apa yang dicarinya.
"Ini, Mas." Dia menyerahkan ongkosnya setelah benda yang dicarinya akhirnya ditemukan juga, dompet!
"Ongkosnya, Neng! Ongkos ongkos!" Sang Kondektur kembali meneriakkan seluruh pengisi bus baik yang lama dan yang baru naik untuk menyerahkan tanggung jawab mereka. Â Semuanya sangat memaksimalkan kekesalanan penumpang namun mengharuskan merasa mengusap dada atas keputusan yang telah diambilnya. Jalanan yang macet, bus yang sesak, teriakan kondektur yang tak kunjung usai dan AC bus yang tak lagi terasa. Sesekali bus mendadak berhenti setelah sebelumnya sempat berjalan sebentar dan lamban.
"Mas, kemana?" Tanya seorang penumpang pria yang berdiri pada penumpang pria lainnya yang mendapatkan tempat duduk.