Mohon tunggu...
Faried Abe
Faried Abe Mohon Tunggu... -

Tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai freelance graphic designer serta berbagai kegiatan seni dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Galau Supermoon

17 Maret 2011   01:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13003239051891345639

[caption id="attachment_95490" align="alignnone" width="600" caption="Imaji keindahan saat Supermoon, Sabtu 19 Maret 2011"][/caption] Hingga sepagi ini pikiranku mampat dan galau! Gak bisa tidur semalaman. Alih-alih bisa tidur eh, malah buka komputer 'n surfing disana-sini. Just post and read some news.. Topik yang cukup menyita perhatianku adalah masalah Supermoon yang akan terjadi hari Sabtu, 19 Maret 2011 mendatang. Awalnya cukup terkesan dengan beberapa posting fenomena Supermoon dan cukup tergugah membayangkan betapa indahnya situasi malam itu nantinya. A Beautiful Romantic Moment, begitu bisikku. Kita bisa memandang kedekatan bulan yang merah membulat  dengan pendaran bias sinarnya yang indah. Supermoon mendatang dipastikan sebagai jarak terdekat bulan dengan bumi selama 19 tahun terakhir. Berapa jaraknya? Sekitar 221.567 mil atau 356.577 kilometer dari bumi. Kemudian keindahan yang terbayang dalam benak pun mulai mengabur nyaris sirna. Akupun galau..! Betapa tidak. Dalam keasyikan merambah rana maya ini aku terseret ke dalam perdebatan sengit tentang fenomena Supermoon yang dikaitkan dengan masalah bencana alam seperti gempa bumi, air pasang dan tsunami. Perdebatan itu mengacu kepada dua kejadian Supermoon sebelumnya yakni di tahun 1974 dan 2005. Sebelum dan setelah kedua Supermoon (lunar perigee) terjadi, beberapa kawasan dunia diguncang bencana alam. Malam Natal 1974,  topan Tracy yang berkekuatan dahsyat menerjang kota negara bagian Darwin, Australia. Topan dengan kecepatan maksimal 240 kilometer per jam itu mulai terbentuk 21 Desember, menerjang hebat pada malam Natal dan menghilang tiga hari kemudian atau tepatnya 26 Desember 1974. Berikutnya adalah peristiwa tsunami Aceh, pada bulan Desember 2004. Dua pekan kemudian —atau awal Januari 2005— bumi dihampiri Supermoon. Yang jadi pertanyaan, apakah benar Supermoon menjadi salah satu pemicu dua bencana alam itu? Apakah gempa 8,9 R serta tsunami yang memporak-porandakan Jepang 11 Maret lalu berkaitan dengan Supermoon Sabtu mendatang? Perdebatan muncul seiring lansiran berita Sydney Morning Herald Tribune beberapa waktu lalu dengan headline: "Supermoon Datang. Penganut Teori Konspirasi Percaya; Akan Terjadi Moona-geddon." Moona-geddon adalah plesetan dari film The Armageddon yang menggambarkan bencana besar dari badai meteor yang menghancurkan pesaawat ulang-alik Atlantis. Demikian juga yang dikedepankan astronom asal Amerika Serikat (AS), Richard Nolle. Kenyataan yang tengah dihadapi, menurut Nolle, Supermoon “sedang dalam perjalanan” mendekati bumi. “Supermoon, kalau mau dilihat lebih dalam, memiliki asosiasi historis dengan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, serta gempa bumi,” kata Nolle kepada ABC Radio. Kemudian perdebatan pun dimulai seiring munculnya berbagai bantahan dari berbagai pakar dan ilmuwan dari berbagai penjuru dunia. Pro-Kontra terus terjadi dan semakin sengit. Selain dilansir oleh beberapa media terkenal dunia, puluhan situs blog turut juga meramaikan. PUSSIIIINGG...! Mendesah panjang aku beranjak. Yang jelas, begitu kata bisikan hatiku, segala sesuatu yang telah dan akan terjadi dan menyangkut masalah alam (bumi, manusia dan mahluk lainnya) tak terlepas dari keputusan Tuhan. Bila Dia menghendaki sesuatu, maka terjadilah.. Dan ini pun dapat pula kembali dikaitkan dengan sikap maupun prilaku manusia terhadap alamnya..  Ingat! Begitu banyak ekplorasi atau tingkah manusia terhadap bumi yang cenderung mengkedepankan keserakahan semata, yang mengatas namakan perbaikan ekonomi dan industri atau nereka yang angkuh mempertahankan kemajuan ekonominya. Tak cuma di negeri ini. Ini terjadi dimana-mana. Di dunia. Semua itu menjadi mata rantai yang tak mungkin diputuskan. Mari kita mulai dengan diri sendiri.. Bersikap arif dalam setiap interaksi kehidupan diri dengan alam: di rumah, di jalan raya atau dimana pun.. Thanks..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun